Yulia Effendy Pohan yang Visioner dan Adaptif Terhadap Perubahan Zaman di DWP
Oleh Zulfikar Tanjung
Mitanews.co.id ||
Mengamati kegiatan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Sumatera Utara terlihat jelas bagaimana organisasi ini tidak sekadar hadir sebagai pelengkap aktivitas perempuan aparatur sipil negara.
Salah satu kegiatan teranyar yang patut diapresiasi adalah pelatihan dasar menanam tanaman hidroponik yang digelar pada 23 Mei 2025. Di balik penyelenggaraan pelatihan yang tampak sederhana itu, tersirat visi besar dan kepemimpinan yang adaptif dari Ketua DWP Sumut, Yulia Effendy Pohan.
Yulia tidak hanya membuka kegiatan dengan pidato formal, tetapi juga hadir penuh semangat dan turut langsung dalam praktik menanam.
Ia menyemai bibit bayam Malaysia dengan tangan sendiri—mengiris rockwall, menakar nutrisi, dan menyusun media tanam secara telaten. Peran aktif ini bukan sekadar simbolik, melainkan mencerminkan tipe pemimpin yang menginspirasi dengan keteladanan.
Apa yang dilakukan Yulia menunjukkan bahwa DWP dapat menjadi ruang pemberdayaan perempuan yang kontekstual dengan tantangan zaman. Dalam menghadapi persoalan kompleks seperti krisis pangan, urbanisasi, keterbatasan lahan, serta dampak perubahan iklim, Yulia memilih langkah konkret: mengenalkan hidroponik sebagai solusi.
Pertanian modern berbasis teknologi sederhana ini adalah contoh adaptasi terhadap kebutuhan masa kini—sekaligus membuka peluang ekonomi rumah tangga.
Gagasan tentang ketahanan pangan bukan hal baru, namun mengintegrasikannya ke dalam gerakan perempuan ASN adalah bentuk terobosan. Di bawah kepemimpinannya, DWP Sumut tidak hanya menjadi organisasi sosial, tetapi juga agen edukasi praktis yang relevan. Pesan Yulia yang menekankan pentingnya hidroponik dalam meningkatkan keterampilan, menciptakan gaya hidup sehat, dan membuka peluang usaha adalah refleksi dari pemahaman menyeluruh terhadap dinamika sosial-ekonomi keluarga masa kini.
Lebih jauh, Yulia membaca zaman dengan lensa strategis. Ia tahu bahwa isu-isu perempuan tidak lagi bisa dipisahkan dari isu global. Maka, pendekatannya bukan pada kegiatan seremonial belaka, melainkan melalui program-program berbasis pengetahuan dan keterampilan. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang visioner—berpikir jauh ke depan, namun membumi dalam eksekusi.
DWP Sumut di bawah arahan Yulia Effendy Pohan sedang memberi pesan kuat: perempuan tidak hanya menjadi objek pembangunan, melainkan subjek yang aktif menentukan arah. Di tengah berbagai perubahan, termasuk percepatan teknologi dan tekanan ekonomi, perempuan ASN dan istri ASN punya potensi besar menjadi motor ketahanan keluarga dan komunitas. Pelatihan hidroponik hanyalah permulaan—cikal bakal gerakan yang bisa tumbuh menjadi model nasional.
Ketika banyak organisasi perempuan terjebak pada pola lama, DWP Sumut justru bergerak ke depan. Kepemimpinan yang mengakar dan adaptif seperti ini perlu diangkat ke permukaan, agar menjadi inspirasi kolektif bagi gerakan perempuan Indonesia secara keseluruhan.(penulis bersertifikat wartawan utama dewan pers)***
Baca Juga :
Bupati Nias dan Wali Kota Gunungsitoli Sepakat Menerapkan Majemen ASN Berbasis Sistem Merit