oleh

Muliady Sutio: Tambang Bukan Sekadar Emas, Tapi Harmoni antara Alam, Manusia, dan Bisnis

Muliady Sutio: Tambang Bukan Sekadar Emas, Tapi Harmoni antara Alam, Manusia, dan Bisnis

Laporan Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
TAMBANG EMAS Martabe bukan sekadar proyek eksploitasi sumber daya alam. Di tangan Presiden Direktur PT Agincourt Resources (PTAR) Muliady Sutio, tambang ini diposisikan sebagai ruang tumbuhnya harmoni antara alam, manusia, dan dunia usaha. Sebuah visi yang menjadikan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial-lingkungan sebagai nadi utama operasional.*

Pesan kuat itu menggema dari podium utama acara Media Capacity Building yang digelar PT Agincourt Resources (PTAR), Senin (26/5) Kegiatan berlangsung hingga Rabu (28/5) di Marianna Resort Samosir.

"Pertambangan bukan hanya soal menggali emas, tapi soal hidup berdampingan dalam harmoni dengan alam dan masyarakat;" tegas Presiden Direktur PTAR, pengelola tambang emas Martabe di Batangtoru Tapsel, Muliady Sutio, membuka kegiatan itu dengan pernyataan yang mencerminkan arah baru dunia tambang.

“Living in Harmony bukan sekadar slogan, tapi komitmen kami. Kami percaya bahwa pertambangan berkelanjutan hanya mungkin jika manusia, alam, dan bisnis bisa tumbuh bersama,” ujarnya mantap, disambut anggukan puluhan wartawan yang hadir dari berbagai penjuru Sumatera Utara.

Hadir juga dari PT AR
Rahmat Lubis, GMO & Deputy Director Operations PTAR dan Senior Manager Corporate Communications PTAR, Katarina Siburian Hardono

*Dari Produksi ke Konservasi*

Sebagai pengelola Tambang Emas Martabe di Tapanuli Selatan yang sudah beroperasi sejak 2012, PTAR memang tak berhenti pada capaian produksi emas dan perak. Tahun 2024, kontribusinya kepada negara dan daerah mencapai USD 108 juta, dengan royalti sebesar USD 53,5 juta, terbagi untuk pemerintah pusat, Pemprov Sumut, hingga Pemkab Tapanuli Selatan dan kabupaten sekitar.

Namun yang membuat perusahaan ini mencuri perhatian bukan hanya angka-angka besar, melainkan pilihan strategis yang menyentuh ranah ekologis. PTAR kini menerapkan sistem pengelolaan tailings kering — sebuah pendekatan modern untuk meminimalkan risiko lingkungan akibat limbah tambang.

Tak hanya itu, perusahaan ini juga mengalokasikan sebagian wilayah tambangnya sebagai zona konservasi, rumah bagi spesies endemik Batang Toru yang langka dan rentan punah.

“Kami bekerja sama dengan universitas dan membentuk Biodiversity Advisory Panel (BAP), panel independen yang mengawasi dan memberi masukan ilmiah atas operasional kami,” kata Muliady, menunjukkan bahwa tambang ini tidak alergi terhadap kritik, bahkan menjadikannya bagian dari mekanisme pengawasan.

*Karyawan Lokal, Komitmen Sosial*

Muliady juga menegaskan bahwa keberlanjutan bukan hanya menyangkut alam, tetapi juga menyentuh manusia. Sebanyak 76% tenaga kerja PTAR adalah penduduk lokal. Ini bukan hanya soal pemberdayaan, tetapi juga investasi jangka panjang dalam stabilitas sosial.

Tahun lalu, PTAR mengucurkan USD 2,7 juta untuk program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Dana itu menjangkau pendidikan, kesehatan, hingga pelatihan keterampilan bagi generasi muda Batang Toru.

Tak heran, PTAR diganjar 7 penghargaan Good Mining Practice (GMP) 2024, termasuk predikat tertinggi dari Kementerian ESDM dan KLHK.

Tak banyak perusahaan tambang yang berani tampil dengan narasi berbeda — apalagi yang menempatkan konservasi dan partisipasi masyarakat di depan. Di saat tambang masih identik dengan eksploitasi, PTAR menyodorkan wajah baru: tambang sebagai ekosistem tumbuh bersama.

“Keberlanjutan bukan beban, tapi investasi. Ini yang kami yakini,” tegas Muliady menutup pidatonya.

Bagi para jurnalis yang hadir, pagi itu bukan hanya forum diskusi, melainkan momentum menyaksikan bagaimana tambang dan lingkungan bisa duduk satu meja — bahkan berjalan seiring menuju masa depan yang lebih hijau dan inklusif.

Setelah acara resmi dibuka oleh Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Muliady Sutio rangkaian kegiatan hari pertama dilanjutkan dengan talk show bertema “Seluk Beluk Pertambangan Berwawasan Lingkungan” yang menghadirkan sejumlah narasumber kompeten dari Kementerian ESDM, akademisi, hingga perwakilan internal PTAR. Diskusi dipandu oleh Wisnu Nugroho, VP Sustainability Kompas Gramedia Group sekaligus Redaktur Senior Kompas.com.

Sesi ini memberikan wawasan mendalam mengenai kebijakan, tantangan, dan implementasi pertambangan yang ramah lingkungan.

Setelah sesi tanya jawab dan penyerahan plakat kepada para narasumber, acara dilanjutkan dengan pemaparan Leader Insight dari Rahmat Lubis, GMO & Deputy Director Operations PTAR. Hari pertama ditutup dengan sesi foto bersama dan makan malam santai.***

Baca Juga :
Aklamasi, Edi Saputra Kembali Pimpin PWI Sergai

News Feed