oleh

Bupati yang Tegar Itu Akhirnya Menangis: Suasana Haru Saat Putri Kedua Baharuddin Siagian Mohon Izin Menikah

-Daerah-869 views

Bupati yang Tegar Itu Akhirnya Menangis: Suasana Haru Saat Putri Kedua Baharuddin Siagian Mohon Izin Menikah

MEDAN.Mitanews.co.id ||


Bupati Batu Bara H. Baharuddin Siagian, SH, M.Si dikenal publik sebagai sosok pemimpin yang tegas, lugas, dan kuat menghadapi berbagai tantangan birokrasi dan politik.

Namun, Jumat sore 13 Juni 2025, di kediaman pribadinya di Kompleks Johor Indah Permai, Medan, ketegaran itu retak. Ia tak kuasa menahan tangis ketika putri keduanya, Luthfa Taqwima Siagian, SH, memohon izin untuk menikah dengan Adi Perdana Lubis, SH, M.Kn usai mengkhatamkan Al-Qur’an dalam prosesi adat Melayu yang sarat makna dan tradisi.

Acara yang dikemas dengan penuh khidmat oleh ketua panitia Dr. H. Eddy Sofyan, MAP itu berubah menjadi momen penuh haru saat Luthfa—dalam suara yang bergetar dan mata berkaca—berdiri di hadapan kedua orang tuanya. Di hadapan sanak saudara, kerabat, jiran tetangga, serta sahabat-sahabat karib orang tuanya, ia membungkukkan badan, lalu tiba-tiba berlari memeluk sang ayah.

"Izinkan abanda menikah... dengan pilihan hati ananda. Mohon restu... mohon maaf atas semua khilaf selama ini..." ujar Luthfa, terbata-bata sambil menggenggam erat lengan ayahnya.

Sesaat suasana hening. Hanya suara isak kecil terdengar. Dan di saat itulah, sang Bupati—yang biasanya begitu kokoh di hadapan publik—terlihat lunglai. Ia tak banyak berkata. Matanya basah. Pelukannya erat. Kepalanya mengangguk pelan, seakan menyimpan seribu kata yang tak bisa langsung terucap.

Ibu Henny Heridawaty Pohan, SH, yang menyaksikan, pun turut larut dalam suasana. Ia memeluk keduanya, dan Luthfa tak kuasa lagi berdiri. Ia tersungkur dalam pangkuan kedua orang tuanya. Tangis keluarga pun pecah. Beberapa tamu menunduk, menyeka air mata diam-diam. Prosesi ini bukan hanya simbol peralihan peran seorang anak, tetapi juga peralihan kasih dan amanah dari orang tua kepada calon suami.

Setelah beberapa saat suasana menggetarkan itu mulai mereda, barulah sang ibu berucap lembut, memberi nasihat kepada putrinya yang sebentar lagi akan melepas masa lajang:

“Nak, mulailah lembaran hidup baru dengan niat yang tulus karena Allah SWT. Jadilah istri yang sabar, lembut, dan penuh kasih. Rumah tangga bukan tempat mencari kesempurnaan pasangan, tapi tempat kita saling menyempurnakan dengan cinta dan ridha Ilahi...”

Sementara itu, sang ayah yang telah menenangkan diri, mengusap air mata yang masih sisa di sudut matanya, kemudian perlahan. Suaranya lirih, namun penuh wibawa.

“Nak, mulai akad nikah engkau akan menjalani amanah baru. Jadilah istri yang mampu menjaga kehormatanmu dan keluargamu. Taatlah kepada suamimu dalam kebaikan, sebagaimana engkau taat kepada kami. Jangan pernah jauh dari Allah. Kalau nanti dalam pernikahan ada gelombang, jangan cepat merasa karam. Peganglah Al-Qur’an seperti engkau pegang hari ini. Itu akan jadi pelitamu.”

“Kamii hanya ingin engkau bahagia... dan tetap jadi cahaya, bukan hanya di rumahmu nanti, tapi juga di hatinya...”

Setelah nasihat itu, suasana pun kembali diliputi haru. Beberapa tamu, termasuk sahabat-sahabat dekat keluarga, tampak menitikkan air mata.

Tradisi Melayu yang sarat makna benar-benar hidup sore itu. Dalam setiap rangkaian acara, terlihat perpaduan kuat antara nilai adat, agama, dan kasih sayang keluarga.

Khataman Al-Qur’an yang menjadi pembuka acara, dilanjutkan dengan prosesi adat permohonan izin menikah, bukan sekadar formalitas. Ia menjelma menjadi ruang spiritual yang mengikat hati dan restu dalam balutan cinta yang dalam.

Momen Luthfa Taqwima Siagian memeluk ayah dan ibunya itu akan tercatat bukan hanya dalam foto atau video dokumentasi, tapi juga dalam ingatan kolektif keluarga dan sahabat yang hadir, sebagai potret keluarga yang membalut pernikahan dengan iman, adat, dan cinta kasih yang tulus.(MN.01)***

Baca Juga :
KMP Jatra II Rute Gunungsitoli-Sibolga Resmi Berlayar

News Feed