oleh

Ketika Empati Menjadi Langkah: Ny Henny Baharuddin Menyusuri Banjir, Menyapa Luka, dan Menyalakan Harapan

-Daerah-144 views

Ketika Empati Menjadi Langkah: Ny Henny Baharuddin Menyusuri Banjir, Menyapa Luka, dan Menyalakan Harapan

BATU BARA.Mitanews.co.id ||


Banjir belum sepenuhnya reda ketika rombongan itu turun dari kendaraan. Di beberapa titik, air masih menggenang, lumpur menempel di alas kaki, dan akses kendaraan terputus.

Di situlah langkah harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Tidak ada panggung, tidak ada seremoni. Yang ada hanyalah wajah-wajah lelah, rumah-rumah terendam, dan tatapan warga yang mencoba bertahan di tengah bencana.

Di antara rombongan itu, tampak sosok Ny. Hj. Henny Heridawaty Baharuddin, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batu Bara. Ia tidak berdiri di kejauhan. Ia menyusuri lokasi banjir, berhenti di setiap sudut, menyapa warga, berdialog, dan mendengar langsung cerita kehilangan yang tak selalu bisa diucapkan dengan kata-kata. Inilah potret empati yang menapak tanah. Empati yang Tidak Berjarak.

Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara hingga Aceh Tamiang bukan sekadar catatan statistik bencana.

Ia adalah cerita tentang dapur yang terendam, pakaian yang hanyut, anak-anak yang tidur di pengungsian, dan kecemasan yang tak selesai dalam satu malam.

Dalam situasi seperti itu, kehadiran pemimpin—atau mereka yang mewakili negara—menjadi penting bukan hanya karena bantuan logistik, tetapi karena kehadiran itu sendiri.

Pemerintah Kabupaten Batu Bara menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat terdampak bencana di Kabupaten Aceh Tamiang pekan lalu pertengan Desember 2025.

Enam unit truk ke Aceh Taming membawa hasil penggalangan dari masyarakat Batu Bara, organisasi perangkat daerah, pemerintah desa, dan elemen sosial lainnya. Semuanya 12 truk, 6 lainnya ke beberapa daerah di Sumut.

Bantuan itu diserahkan langsung di Kantor Bupati Aceh Tamiang, Karang Baru, Selasa (16/12/2025).

Namun cerita kemanusiaan tidak berhenti di halaman kantor pemerintahan.
Ny. Henny bersama tim TP PKK memilih turun langsung ke lapangan. Di sepanjang jalan Kecamatan Kuala Simpang, bantuan tambahan dibagikan kepada warga: telur rebus, kepah serai, air bersih dari mobil tangki.

Di beberapa titik, rombongan harus berjalan kaki karena kendaraan tidak dapat melintas. Tidak ada jarak antara pemberi dan penerima. Yang ada hanya dialog, saling menatap, dan saling menguatkan.

*Air Mata yang Tidak Direncanakan*

Di Aceh Tamiang, empati itu menemukan puncaknya. Saat bertemu warga yang rumahnya terendam, sawahnya rusak, dan kehidupannya terhenti sementara, air mata Ny. Henny menetes. Bukan air mata yang dicari kamera, melainkan respons spontan dari pertemuan batin dengan penderitaan.

Beberapa ibu yang mendampingi rombongan ikut menangis. Bukan karena bantuan semata, tetapi karena merasa dilihat dan didengar.

Dalam banyak bencana, korban sering kali tidak hanya membutuhkan logistik, tetapi juga pengakuan: bahwa penderitaan mereka nyata dan diperhatikan.

“Hari ini kami hadir mewakili Pemerintah Kabupaten Batu Bara untuk menyalurkan semua bantuan dari masyarakat Batu Bara kepada masyarakat Aceh Tamiang,” ujar Ny. Henny di sela penyaluran bantuan.

Kalimat itu sederhana, tetapi sarat makna. Ia menegaskan bahwa bantuan ini bukan milik pemerintah semata, melainkan hasil gotong royong masyarakat yang disampaikan dengan tangan dan hati.

*PKK dan Wajah Kepemimpinan Sosial*

Sering kali, organisasi seperti PKK dipersepsikan hanya bergerak di wilayah seremonial dan domestik. Namun dalam situasi krisis, peran itu menemukan maknanya yang paling substansial: menjadi jembatan empati antara negara dan warga.

Di tangan Ny. Henny, PKK tampil sebagai kekuatan sosial yang lincah, responsif, dan manusiawi. Bantuan yang disalurkan pun beragam dan kontekstual: beras, mi instan, pakaian layak pakai, air mineral, perlengkapan mandi, makanan siap saji, hingga kebutuhan khusus seperti pampers.

Total logistik yang dibawa mencerminkan kepekaan terhadap kebutuhan nyata korban bencana.

Ketua TP PKK Aceh Tamiang menyampaikan terima kasih atas solidaritas masyarakat Batu Bara. Bantuan tersebut akan disalurkan kepada warga yang benar-benar membutuhkan. Di titik ini, solidaritas lintas daerah menemukan wujudnya yang konkret.
Empati sebagai Energi Kepemimpinan
Sebagai istri dari Bupati Batu Bara, peran Ny. Henny kerap dipahami sebagai pendamping kepala daerah.

Namun dalam konteks ini, ia menunjukkan bahwa peran tersebut bukan sekadar simbolik. Empati yang ia hadirkan di lapangan memberi energi moral bagi kepemimpinan secara keseluruhan.

Kepemimpinan yang kuat tidak hanya dibangun oleh kebijakan dan angka-angka pembangunan, tetapi juga oleh kepercayaan publik. Dan kepercayaan tumbuh ketika rakyat melihat pemimpinnya—atau mereka yang mewakili—hadir di saat paling sulit.

Apa yang dilakukan Ny. Henny bukan tentang pencitraan. Tidak ada panggung megah, tidak ada pidato panjang. Yang ada adalah langkah kaki di lumpur, dialog singkat dengan warga, dan air mata yang jatuh tanpa rencana.

Di situlah empati berubah menjadi kekuatan.
Menyalakan Harapan
Bencana selalu menyisakan luka. Tetapi di tengah luka itu, harapan bisa tumbuh dari hal-hal sederhana: kehadiran, perhatian, dan rasa kebersamaan.

Ketika empati menjadi langkah, ketika pemimpin—dan mereka yang berada di lingkarannya—berani menyentuh langsung realitas rakyat, maka negara tidak lagi terasa jauh.

Di Aceh Tamiang dan wilayah-wilayah terdampak banjir lainnya, Ny. Henny Heridawaty Baharuddin tidak datang sebagai pejabat. Ia datang sebagai sesama manusia. Dan barangkali, itulah bentuk kepemimpinan yang paling dibutuhkan di saat krisis: kepemimpinan yang berani hadir, mendengar, dan merasakan.(Zulfikar Tanjung bersertifikat wartawan utama Dewan Pers)***

Baca Juga :30 Tim Meriahkan Turnamen Minisoccer Korpri Piala Bupati dan Wabup Sergai

News Feed