oleh

Yuliani Siregar, ‘The Woman Behind’ Sukses Gubsu Tetapkan UMP Sumut 2026

-Daerah-134 views

Yuliani Siregar, ‘The Woman Behind’ Sukses Gubsu Tetapkan UMP Sumut 2026

MEDAN.Mitanews.co.id ||


Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara tahun 2026 sebesar 7,9 persen yang diumumkan Gubernur Bobby Nasution pada Jumat, 19 Desember 2025, berlangsung relatif mulus dan kondusif.

Di tengah dinamika kepentingan buruh, pengusaha, dan tuntutan stabilitas ekonomi, keputusan itu diterima tanpa gejolak berarti.

Di balik proses yang tampak tenang itulah, ada kerja sunyi seorang birokrat: Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara, Yuliani Siregar.

Dalam dunia birokrasi, tidak semua keberhasilan lahir dari panggung depan. Sebagian justru ditentukan oleh mereka yang memilih bekerja di balik layar, merajut dialog, menyusun data, dan mengolah kepentingan yang berseberangan menjadi satu titik temu.

Yuliani Siregar memperlihatkan tipologi birokrat semacam itu—tenang, tidak menonjolkan diri, tetapi menentukan.

Sebagai kepala dinas, Yuliani memikul tugas yang tidak ringan. Ia harus menjembatani serikat buruh dengan ragam aspirasi kenaikan upah, perwakilan pengusaha dengan kekhawatiran biaya produksi, serta Dewan Pengupahan dengan mandat regulasi dan metodologi perhitungan.

Semua itu harus disajikan secara kualitatif dan kuantitatif kepada Gubernur Bobby Nasution, yang pada akhirnya memegang keputusan politik dan administratif.

Yang menarik, Yuliani tidak menempatkan dirinya sebagai pusat dialog. Ia justru membangun ruang komunikasi langsung antara buruh, pengusaha, dan gubernur.

Dalam setiap tahapan pembahasan, ia berperan sebagai katalisator—mempercepat reaksi, menetralkan gesekan, tetapi nyaris tak terlihat.

Buruh merasa aspirasinya tersampaikan langsung kepada gubernur. Pengusaha merasa kekhawatirannya didengar. Dewan Pengupahan bekerja dalam koridor aturan. Sementara gubernur mendapatkan gambaran utuh untuk mengambil keputusan.

*Kinerja Efektif*

Ciri khas inilah yang jarang dimiliki pejabat publik: bekerja efektif tanpa kebutuhan untuk tampil. Dalam sejumlah pertemuan, Yuliani tidak berpidato, tidak menyampaikan pandangan panjang di forum terbuka.

Namun, jejak perannya justru tampak ketika Gubernur Bobby, dalam dialog dengan wartawan, berulang kali menoleh dan bertanya, “Betul ya, Bu Kadis?”

Sebuah isyarat kecil, tetapi sarat makna—bahwa masukan Yuliani menjadi referensi penting dalam pengambilan keputusan.

Penetapan UMP Sumut 2026 dari Rp2.992.559 menjadi Rp3.228.971 bukan sekadar angka. Di baliknya ada proses penghitungan, simulasi dampak, serta pertimbangan keseimbangan antara daya beli buruh dan keberlangsungan usaha. Semua itu difasilitasi oleh Dinas Ketenagakerjaan di bawah Yuliani Siregar, yang memastikan setiap pihak memahami posisi satu sama lain, bukan sekadar mempertahankan ego masing-masing.

*Sinergi Sehat*

Keberhasilan ini juga memperlihatkan sinergi yang sehat antara birokrasi dan kepemimpinan politik. Bobby Nasution memberikan arah dan keberanian mengambil keputusan. Yuliani Siregar memastikan arah itu memiliki fondasi data, dialog, dan kepatuhan regulasi.

Kombinasi ini menghasilkan kebijakan yang tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga diterima secara sosial.

Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa keberhasilan penetapan UMP Sumut 2026 menjadi salah satu potret birokrasi yang bekerja sebagaimana mestinya. Bukan birokrasi yang mencari sorotan, melainkan birokrasi yang memastikan kebijakan berjalan dan diterima.

Dalam konteks ini, Yuliani Siregar menghadirkan teladan tentang bagaimana seorang kepala dinas seharusnya memainkan peran: menggerakkan, menjembatani, dan menguatkan keputusan pimpinan.

Di tengah kecenderungan pejabat berlomba tampil di ruang publik, pilihan Yuliani untuk tetap berada di balik layar justru memperkuat legitimasinya.

Kepuasan buruh, penerimaan pengusaha, serta kondusivitas daerah menjadi indikator keberhasilan yang jauh lebih penting daripada popularitas personal.

Penetapan UMP Sumut 2026 akhirnya bukan hanya tentang kenaikan 7,9 persen. Ia adalah cermin dari kerja birokrasi yang matang, dialog yang terkelola, dan kepemimpinan yang saling menguatkan.

Dan di balik semua itu, ada seorang perempuan birokrat yang bekerja senyap—Yuliani Siregar—the woman behind suksesnya kebijakan strategis Gubernur Sumatera Utara. (Zulfikar Tanjung bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers)***

Baca Juga :
Ketika Empati Menjadi Langkah: Ny Henny Baharuddin Menyusuri Banjir, Menyapa Luka, dan Menyalakan Harapan

News Feed