oleh

Disperindag Sumut Tunjukkan Kelasnya Jabarkan Perintah Gubernur Bobby Nasution

-Daerah-51 views

Disperindag Sumut Tunjukkan Kelasnya Jabarkan Perintah Gubernur Bobby Nasution

Oleh Ir Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
Ketika harga beras melonjak dan menekan daya beli masyarakat, pemerintah daerah dituntut hadir dengan solusi nyata.

Di Sumatera Utara, Gubernur Bobby Afif Nasution segera merespons keresahan publik dengan instruksi tegas: gelar pasar murah sebanyak-banyaknya di seluruh kabupaten/kota.

Instruksi ini tentu tidak berhenti pada pidato, melainkan membutuhkan perangkat birokrasi yang mampu bergerak cepat.

Di sinilah Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan ESDM (Disperindag) Sumut menunjukkan kelasnya. Dipimpin Fitra Kurnia, dinas ini bergerak lincah menjadi ujung tombak pelaksana.

Dengan cepat mereka mengkolaborasikan Bulog, jaringan ritel, hingga perangkat daerah lain untuk memastikan pasar murah hadir di 33 kabupaten/kota. Hasilnya, masyarakat benar-benar bisa membeli beras, telur, minyak goreng, gula, hingga cabai dengan harga lebih murah dibanding di pasar.

Langkah ini pantas diapresiasi. Bukan hanya karena Disperindag Sumut berhasil menjaga ketersediaan bahan pokok dengan harga terjangkau, tetapi juga karena dinas ini mampu menerjemahkan arahan gubernur dengan tepat, tanpa menunda-nunda.

Dalam konteks administrasi publik, inilah contoh pentingnya birokrasi yang responsif: tidak hanya mendengar instruksi, tetapi juga mengeksekusi dengan kolaborasi yang efektif.

*Ketangkasan Birokrasi*

Lebih jauh, peristiwa ini mengajarkan kita tentang simbiosis antara kepemimpinan politik dan ketangkasan birokrasi. Gubernur Bobby membawa mandat rakyat yang menuntut harga pangan stabil. Tetapi mandat itu hanya akan menjadi janji kosong bila tidak ditopang oleh eksekutor yang tangguh. Disperindag Sumut menunjukkan bahwa birokrasi bisa menjadi mesin yang tidak sekadar administratif, tetapi juga strategis dalam menopang legitimasi dan citra kepemimpinan.

Dampaknya terasa nyata di tengah masyarakat. Pasar murah menjadi oase ketika harga kebutuhan pokok menanjak. Warga bisa membawa pulang beras lebih murah, telur dengan harga lebih wajar, dan minyak goreng dengan selisih yang meringankan. Bagi rakyat kecil, selisih harga itu sangat berarti. Dan di situ, rasa percaya terhadap pemerintah tumbuh.

Memang, pasar murah bukan solusi jangka panjang. Tantangan besar masih menanti, mulai dari stabilisasi produksi pangan, penguatan distribusi, hingga pembenahan tata niaga. Namun sebagai respons jangka pendek, pasar murah adalah strategi yang tepat pada saat kritis.

Pada akhirnya, publik perlu melihat bahwa keberhasilan ini bukanlah keberhasilan satu orang, melainkan hasil orkestrasi kepemimpinan politik dan birokrasi yang harmonis. Bobby Nasution berperan sebagai konduktor, tetapi Disperindag Sumut adalah orkestra yang memainkan nada dengan tepat.

Pelajaran ini menjadi relevan. Di era ketika publik kerap skeptis terhadap birokrasi, contoh Disperindag Sumut menunjukkan bahwa birokrasi yang tanggap, kompak, dan berorientasi pelayanan bisa benar-benar menjadi instrumen yang membuat rakyat merasakan kehadiran negara.

Dan di situlah letak komitmen: tidak berhenti pada perintah, tetapi menjabarkannya hingga rakyat merasakan manfaatnya.(PENULIS Bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers)***

Baca Juga :
Pemkab Asahan : Ajang Pemilihan Duta Pariwisata dari Panggung Kompetisi Ke Tugas Mengangkat Wisata Daerah

News Feed