oleh

Kepemimpinan Kolektif Arieta, Syafrizalsyah dan Eksir: Buktikan Diri tanpa Dirut pun Kinerja Positip

Kepemimpinan Kolektif Arieta, Syafrizalsyah dan Eksir: Buktikan Diri tanpa Dirut pun Kinerja Positip

Oleh Ir Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
Menyimak paparan dalam Public Expose kinerja keuangan Bank Sumut triwulan III-2025, Jumat (10/10), publik layak memberi apresiasi yang tinggi. Di tengah tantangan perlambatan ekonomi nasional, Bank Sumut justru mencatatkan kinerja positip.

Namun, yang lebih menarik dari angka-angka tersebut bukan sekadar capaian finansialnya, melainkan sosok di balik kinerja. Sejak Direktur Utama Babay Parid Wazdi mengundurkan diri pada 3 Juni 2025, Bank Sumut praktis tidak memiliki dirut definitif.

Situasi yang bagi banyak perusahaan bisa menjadi krisis kepemimpinan ini, justru menjadi panggung pembuktian bagi tiga direktur yang mengambil alih kendali secara kolektif.

Adalah Arieta Aryanti (Direktur Keuangan & TI), Syafrizalsyah (Direktur Bisnis & Syariah), dan Eksir (Direktur Kepatuhan), yang tampil sebagai trio kepemimpinan kolektif. Tanpa figur tunggal dirut, mereka bergantian memikul tanggung jawab strategis, menjalankan koordinasi erat, dan menyalurkan kepemimpinan berbasis kolaborasi.

Pertumbuhan aset 7,58 persen menjadi Rp47 triliun dan laba bersih Rp539 miliar, naik 3,63 persen dibanding periode sama tahun lalu. Kredit dan pembiayaan meningkat menjadi Rp32,4 triliun dengan rasio kredit bermasalah (NPL Gross) tetap terjaga rendah di 2,60 persen. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh hampir 10 persen, menegaskan kepercayaan masyarakat tetap kuat

Fakta kinerja positif yang dipaparkan dalam Public Expose adalah bukti bahwa kepemimpinan kolektif bisa menjadi model yang efektif. Mereka tidak hanya menjaga kesinambungan bisnis, tetapi juga melanjutkan agenda transformasi: digitalisasi layanan melalui Sumut Link, perluasan agen laku pandai, hingga penguatan tata kelola dan efisiensi operasional.

Menariknya, pola ini selaras dengan keputusan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, selaku pemegang saham pengendali, yang tidak terburu-buru menjaring direktur utama baru. Keyakinan Bobby bahwa kepemimpinan kolektif tiga direksi cukup mampu terbukti tepat. Keberanian untuk menunda penunjukan dirut definitif memberi ruang bagi organisasi menguji ketangguhan internalnya.

Apalagi, kehadiran Komisaris Utama Firsal Ferial Mutyara turut memperkuat kepemimpinan kolektif tersebut. Dukungan dan apresiasi dari dewan komisaris menjadikan kolaborasi direksi lebih solid, sekaligus menegaskan bahwa tata kelola dan kontrol berjalan dengan baik.

Di titik ini, publik melihat bahwa Bank Sumut tidak sekadar “bertahan” tanpa dirut, tetapi justru meningkatkan performa. Dari sini muncul sebuah pelajaran berharga: kepemimpinan tidak harus terpusat pada satu figur. Sinergi, komunikasi, dan tanggung jawab bersama bisa menghasilkan kekuatan baru, bahkan di tengah situasi yang berpotensi melemahkan.

Kepemimpinan kolektif Bank Sumut adalah cermin organisasi modern yang mengedepankan kolaborasi ketimbang ketergantungan pada sosok tunggal. Dan pada akhirnya, capaian ini bukan hanya kemenangan manajemen Bank Sumut, melainkan juga penguat citra kepemimpinan Gubernur Sumut yang berani memberi kepercayaan dan ruang pada model kepemimpinan yang tidak lazim, namun terbukti berhasil.

Bank Sumut telah membuktikan diri: tanpa dirut pun, mereka mampu melangkah maju dengan soliditas kepemimpinan kolektif.( penulis bersertifikat wartawan utama dewan pers)***

Baca Juga :
PKK Asahan Dorong Kesadaran Deteksi Dini Kanker Serviks Lewat Evaluasi Lomba IVA Test