oleh

Ketika Cak Munir Datang untuk Mendengar: Rakerda PWI Sumut dan Taruhan Masa Depan Organisasi

-Daerah-153 views

Ketika Cak Munir Datang untuk Mendengar: Rakerda PWI Sumut dan Taruhan Masa Depan Organisasi

Oleh Ir Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
Kehadiran Ketua Umum PWI Pusat Akhmad Munir—yang akrab disapa Cak Munir—dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) PWI Sumatera Utara pada 17–18 Desember 2025 di Medan bukanlah agenda seremonial biasa.

Di tengah padatnya agenda nasional dan proses konsolidasi organisasi yang belum sepenuhnya selesai, ia memilih datang langsung ke daerah, bahkan menegaskan niatnya untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Pilihan sikap itu mengandung pesan penting. Rakerda PWI Sumut tidak ditempatkan sekadar sebagai rutinitas tahunan organisasi, melainkan sebagai momentum strategis yang diharapkan melahirkan gagasan substantif bagi masa depan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) secara nasional.

Dalam jamuan makan malam menjelang pembukaan Rakerda di Hotel Grand Inna Medan, Selasa (17/12/2025), Cak Munir menyampaikan harapannya secara terbuka di hadapan Ketua PWI Sumut H Farianda Putra Sinik, jajaran pengurus provinsi, serta pengurus PWI kabupaten dan kota se-Sumatera Utara.

Ia mengaku sengaja meluangkan waktu hadir karena menaruh optimisme besar terhadap potensi intelektual dan pengalaman organisasi yang dimiliki PWI Sumut.

Sumatera Utara, dalam pandangan Ketua Umum, memiliki modal sejarah, dinamika, serta kedewasaan organisasi yang memadai untuk memberi warna dalam proses pembaruan PWI.

Karena itu, masukan, pendapat, dan gagasan yang lahir dari Rakerda ini diharapkan bukan hanya relevan bagi kepentingan daerah, tetapi juga representatif untuk dibawa ke forum nasional.

*Amandemen PD/PRT*

Harapan itu terkait langsung dengan agenda besar PWI saat ini: proses amandemen Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) menjadi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), sekaligus pembentukan Majelis Tinggi.

Agenda tersebut dirancang sebagai bagian dari penataan ulang tata kelola organisasi, menyusul dinamika internal dan dualisme kepemimpinan yang sempat mewarnai perjalanan PWI sebelum Munir terpilih sebagai Ketua Umum periode 2025–2030.

Dalam konteks itulah, Rakerda PWI Sumut memperoleh bobot lebih dari sekadar forum evaluasi program kerja. Ia menjadi ruang dialektika, tempat gagasan diuji, sekaligus arena kontribusi nyata daerah terhadap desain besar organisasi.

Kehadiran Ketua Umum secara langsung menegaskan bahwa suara daerah—jika disampaikan dengan argumentasi matang dan perspektif kebangsaan—akan menjadi bagian dari fondasi keputusan nasional.

Sikap “datang untuk mendengar” yang ditunjukkan Cak Munir juga mencerminkan gaya kepemimpinan yang ingin dibangun pascakonsolidasi: partisipatif, terbuka, dan menghargai keragaman pandangan.

Dalam organisasi profesi yang menghimpun wartawan dari berbagai latar dan daerah, pendekatan semacam ini menjadi prasyarat penting bagi terciptanya legitimasi dan rasa memiliki bersama.

*Tantangan Moral*

Namun, sikap itu sekaligus mengandung tantangan moral bagi tuan rumah. Ketika pimpinan pusat membuka ruang seluas-luasnya untuk mendengar, maka daerah dituntut untuk hadir dengan kesiapan gagasan.

Rakerda tidak lagi cukup dipenuhi laporan administratif dan agenda rutin, melainkan perlu menjadi forum pembobotan pemikiran—tentang etika profesi, tata kelola organisasi, hingga posisi PWI di tengah perubahan ekosistem media yang kian cepat.

Bagi PWI Sumatera Utara, momentum ini dapat dibaca sebagai cermin kualitas. Sejauh mana pengurus provinsi dan kabupaten/kota mampu merumuskan pandangan yang bernas, solutif, dan berpijak pada kepentingan jangka panjang organisasi? Jawaban atas pertanyaan itu, secara tidak langsung, akan menentukan seberapa besar kontribusi Sumatera Utara dalam memperkuat PWI di tingkat nasional.

Harapan Ketua Umum agar seluruh potensi dicurahkan dalam Rakerda ini bukanlah tuntutan berlebihan. Ia justru sejalan dengan semangat pembaruan yang tengah diusung PWI: menjadikan organisasi lebih tertata, berwibawa, dan adaptif terhadap tantangan zaman. AD/ART yang tengah disiapkan tidak hanya akan menjadi dokumen normatif, tetapi juga cerminan kesepakatan kolektif seluruh elemen PWI.

Dengan demikian, Rakerda PWI Sumut tahun ini menyimpan makna simbolik dan strategis. Ia menjadi titik temu antara kepemimpinan nasional yang membuka ruang dialog dan daerah yang diharapkan memberi isi.

Dari Medan, gagasan-gagasan itu akan dibawa ke forum yang lebih luas, dibahas, disaring, dan—bila layak—ditetapkan sebagai pijakan bersama dalam Kongres Nasional mendatang.

Ketika Ketua Umum datang untuk mendengar, sesungguhnya ia sedang menaruh kepercayaan. Tinggal bagaimana kepercayaan itu dijawab: dengan seremoni yang berlalu, atau dengan pemikiran yang menetap dan membentuk masa depan organisasi.(Penulis Bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers)***

Baca Juga :
PT Arara Abadi dan PT Indah Kiat Serahkan Bantuan Bencana di Sumbar