oleh

Ketika Warga Kabupaten Palas Merasa Sejahtera Dengan Komoditi Tanaman Perkebunan

-Uncategorized-1,534 views

Laporan BALYAN KADIR NS Wartawan Mitanews.co.id

PADANGLAWAS (Palas) adalah nama salah satu kabupaten atau daerah otonom di Provinsi Sumatera Utara atau Sumut. Kabupaten beribukota Sibuhuan ini lahir merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) pada tahun 2007, waktu itu Tapsel berada di bawah kepemimpinan Bupati Drs. H. M. Shaleh Harahap dan Wakil Bupati Harry Lontung Sirsgar, MBA.

Sebelumnya masyarakat atau warga Tapsel yang notabene termasuk di dalamnya warga daerah Kabupaten Padanglawas sedang proses beralih kepada kehidupan ekonomi yang mengandalkan komoditi tanaman perkebunan atau lebih tepatnya adalah jenis kelapa sawit. Sebelum peralihan itu, warga masyarakat di daerah ini hidup dari budidaya tanaman pangan dan hortikultura.

Selain mengembangkan potensi persawahan, banyak juga yang memilih menjadi peladang berpindah, yakni bercocok tanam semua jenis tanaman pertanian di huma atau tanah kering bekas hutan yang dibersihkan dari kayu dan jenis pepohonan sisa pohon besar yang sudah dijadikan bahan bangunan seperti balok sabun dan papan.

Lahan hutan yang kosong, waktu itu berkategori lahan tidur praktis dibuka dan diproduktifkan warga dengan budidaya tanaman pangan, yakni padi di lahan kering serta tanaman pertanian kebutuhan lauk pauk masyarakat banyak di daerah tersebut.

Makanya waktu itu tidak heran jika warga Palas berhasil berproduksi dan berpendapatan dari tanaman pertanian terutama palawija dan hortikultura. Masyarakat peladang berpindah itu adalah sebagian besar warga desa atau pemukiman penduduk dk semua kecamatan yang ada.

Mereka justru menikmati hasil tanaman mereka sendiri tanpa membeli semua jenis sayur dan kebutuhan makan keluarga masing-masing. Mereka tidak mengalami kesulitan mencari bahan makanan serta jenis sayur segar untuk dibeli dan dimasak untuk kemudian dinikmati bersama keluarga di rumah.

                     Meyakini Komoditi Sawit

Yakin kelapa sawit merupakan komoditi ekonomi, artinya komoditi yang bernilai ekonomi untuk mensejahterakan hidup orang banyak, warga Kabupaten Palas mulai meninggalkan tanaman pangan dan hortikultura serta hampir semua jenis tanaman pangan lainnya.

Saat ini memang warga Palas terutama penduduk yang ada di Kecamatan Baru un Tengah, Kecamatan Huristak, Kecamatan Barumum, Kecamatan Sosa dan Kecamatan Hutaraja Tinggi bahkan Kecamatan Batang Lubusutam sudah berpenghasilan lumayan lebih dari sebelumnya.

Warga yang berusia muda dan energik di Palas sudah berhasil berpendapatan rupiah paling rendah Rp 300.000,- bahkan ada yang sampai Rp 450.000,- . Penghasilan itu tentu dari tenaga penerima upah langsir buah kelapa sawit milik pekebun yang dipanen dari hasil panen yang tidak bisa dilalui angkutan roda empat, lebih-lebih roda enam sampai ke atas.

Para tenaga langsir buah kelapa sawit tersebut menggunakan sepeda motor butut yang masih kuat untuk mengangkut buah hingga satu ton setengah. Mereka-mereka ini sebenarnya bukan warga yang hidup miskin, mereka justru kebanyakan merupakan pemilik kebun kelapa sawit juga. Setidaknya dari mereka ada paling sedikit kebun yang mereka usahai tidak kurang dari dua hektare kebun kelapa sawitnya.

Banyak putra-putri Kabupaten Palas yang asalnya perantau dari daerah lain dan menetap di sejumlah desa di Kabupaten Padanglawas menjadi buruh panen sekaligus pekerja langsir buah kelapa sawit. Mereka hidup bahkan dari nol dan berhasil memiliki rumah sendiri dari hasil peras keringat sebagai buruh panen dan langsir buah kelapa sawit dengan sikap sabar serta ikhlas.

                             Kesulitan Mencari Sayur

Kini, setelah daerah Kabupaten Padanglawas secara praktis berubah menjadi daerah perkebunan kelapa sawit, satu hal yang mereka rasakan menjadi beban berat. Warga daerah Kabupaten Padanglawas sudah pada kesulitan mencari lauk pauk untuk kebutuhan sehari-hari.

Untuk memasak gulai untuk makanan pagi saja harus pontang-panting mencari sayur mayur dan ikan untuk dimasak dan dimakan hari itu. Untuk kebutuhan cabe, kunyit, jahe, serei serta jenis kelengkapan masakan lainnya sering tidak ditemukan lagi, apalagi dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti kebutuhan pesta dan yang lainnya.

Jika warga masih menemukan hasil tanaman pertanian mulai dari jenis cabe, kunyit, sayuran segar dan tanaman palawija dan hortikultura lainnya, paling yang berasal dari warga bekas Transmigrasi Aliaga, Kecamatan Hutaraja Tinggi, Kecamatan Aeknabara Barumun serta PIR Transmigrasi Sosa dan sekitarnya yang mereka jual di pasar tradisional terdekat.

Ternyata di balik beralihnya masyarakat memilih komoditi andalan untuk menjalankan bahkan memperbaiki kehidupan ekonomi di masa depan ada masalah dan benturan yang dihadapi. Warga Palas saat ini hidup dari hasil kebun kelapa sawit boleh disebut banyak uang, tetapi sulit mendapatkan belanjaan sayur mayur untuk dimasak atau kebutuhan pesta yang harus menutupi kebutuhan makan undangan pesta itu sendiri.

Yang perlu menjadi rencana dan upaya yang harus dilakukan sebahagian warga Palas adalah untuk kembali berpikir untuk membudidayakan tanaman pertanian seperti palawija serta hortikultura untuk kebutuhan warga setempat. 

Perlu diketahui bergerak di bidang budidaya tanaman pangan dan hortikultura juga bernilai ekonomi yang sangat potensial dan menjanjikan. Bernilai eknomi, itu jika dilakukan dengan serius dan penuh semangat. Petani tanaman pertanian juga akan hidup dengan sejahtera dengan syarat dikerjakan penuh semangat dan berkeinginan berswadaya sendiri dari budidaya tanaman muda dan pertanian lainnya.

Padangsidimpuan, 20 Desember 2022

Baca Juga : Gelar Karya Hasil Belajar di ikuti 14 Sekolah Penggerak Kota Binjai