PADANGSIDIMPUAN.Mitanews.co.id | Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Padangsidimpuan, Drs. H. Zulfan Efendi Hasibuan, MA mengatakan, tolok ukur kebenaran itu adalah Kitab Al-Qur’an, bukan akal sehat atau logika manusia jadi selalulah jika memutuskan sesuatu itu hanya berdasarkan isi kandungan Al-Qur’an.
Hal tersebut ditegaskan Ketua MUI Kota Padangsidimpuan, Drs. H. Zulfan Efendi Hasibuan. MA saat menjadi pemateri pada pengajian Ramadhan 1444 H usai sholat fardhu Zuhur berjamaah di Masjid Al-Ikhlas Samora, jalan Jenderal Besar Sudirman (ex jalan Merdeka) Kota Padangsidimpuan, Senin (19/09/1444) atau (10/04/2023) siang.
Pada ceramah yang diawali dengan mengutip Al-Qur'an suroh Al-Baqoroh ayat 185 yang berbunyi dengan artinya :
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)...(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 185), ayat ini menjelaskan dengan gamblang bahwa Kitab Al-Qur'an itu diturunkan, tujuannya sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan sekaligus sebagai pembeda (antara yang benar dan yang batil)...
"Perlu diketahui bahwa setiap individu Muslim itu juga memilik Visi hidup diciptkan Allah, yakni untuk meraih bahagia di dunia lebih-lebih di akhirat dengan cara mengisi hidup ini dengan menyembah Allah. Ini harus kita sadari secara baik dan benar," kata Dosen senior di Universitas Islam Negeri (UIN) Syech Ali Hasan Ahmad Addary (Syahada) Padangsidimpuan itu.
Dikatakan, kebanyakan manusia itu sekarang ini visinya hanya mengejar dunia semata. Seolah-olah dia tidak butuh bahagia di akhirat yang perjalanannya sangat panjang dan tidak berbanding waktu hidup di dunia yang hanya sebentar, bahwa kebanyakan umur manusia itu jarang yang sampai seratus tahun atau bahkan belum ada yang sampai 200 tahun.
Menurut Ustadz Zulfan, setiap muslim yang berdo'a dari awal minta rezqi, mohon ampunan dan kasih sayang Allah lalu sebelum menutup do'anya selalu (tidak jarang) membaca do'a tsrkenal sebagai do'a sapu jagat yang berberbungi "Robbananaa Aatina Fiddunya Hasanah Wafil-Aakhiroti Hasanah Waqinaa 'adzaabannaar" yang ditemukan dalam Al-Qur'an suroh Al-Baqoroh ayat 201.
Kemudian, tambah Ustadz Zulfan yang juga dikenal sebagai da'i yang selalu menjadi penceramah pada kegiatan kaum muslimin baik di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Kota Padangsidempuan, bahkan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) itu, untuk meraih bahagia di dunia dan akhirat itu adalah dengan beribadah sesuai tujuan diciptakannya manusia.
Ustadz Zulfan mengingatkan bahwa tujuan manusia Allah ciptakan sesuai dengan penegasan Al-Qur'an suroh Adz-Dzaariyaat yang artinya: "Aku (kata Allah), tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).
Ustadz Zulfan berpendapat, beribadah itu harus dengan ilmu, makanya menuntut ilmu agama (Islam) itu wajib hukumnya bagi kaum muslimin-muslimat. Namun menuntut ilmu versi orangtua lain dari anak-anak yang mengikuti pelajaran formal di sekolah seperti Madrasah atau Pondok Pesantren yang sudah tersebar di tengah-tengah masyarakat.
"Versi kita menuntut ilmu hanya melalui Majelis Ta'lim atau pengajian yang juga sudah banyak tersebar di tengah-tengah masyarakat kita kaum muslimin. Mari, jangan ketinggalan tuntutlah ilmu itu agar kita beribadah dengan ilmu. Perlu kita ketahui Allah tidak menerima ibadah orang-orang yang tidak berilmu karena dia akan beribadah tidak dengan ilmu, ibadahnya pasti salah tidak memenuji kaidah-kaidah yang diajarkan Nabi kita," demikian Ketua MUI Padangsidimpuan itu.
Ditambahkan lagi oleh Ustadz Zulfan, bahwa selain dengan menyembah Allah, untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat itu adalah melaksanakan amar maruf nahy munkar. Dakwah itu berisi amar ma'ruf nahy munkar, karena pelaksanaan amar ma'ruf dan nahy munkar itu hukumnya wajib bagi kaum muslimin.(MN.03)
Baca Juga :
Rangkaian Safari Ramadhan Kabupaten Asahan, Wabup Kunjungi Masjid Abrarul Haq Haji Kasim