Kolaborasi PTAR dan YDBA Bina UMKM Tapsel
TAPSEL.Mitanews.co.id ||
PT. Agincourt Resources (PTAR) dan Yayasan Astra-Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) berkolaborasi dalam membina pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kick Off atau pertanda awal dimulainya kolaborasi pembinaan UMKM itu diresmikan dalam acara sederhana di Sopo Daganak Kecamatan Batangtoru, dengan melibatkan 30 orang pelaku UMKM di dua kecamatan lingkar Tambang Emas Martabe, Senin (9/6/2025).
Kegiatan ini dihadiri perwakilan YDBA, Agung K. Sampurno, General Manager & Deputy Director Operations Agincourt Resources, Rahmat Lubis, Senior Manager Community Agincourt Resources, Christine Pepah,
Juga Kadis Perdagangan dan Koperasi UKM Tapsel, Novita Sari Wahyuni, Kadis Perindustrian, Zulfahmi, Danramil Batangtoru Kapten Inf. H. Siarit, Camat Batangtoru Maratinggi, pelaku UMKM, Kepala Desa dan Lurah.
GM & Deputy Director Operations AR, Rahmat Lubis, menyebut dengan masa operasional Tambang Emas Martabe yang tersisa beberapa tahun lagi, PTAR mulai bergerak cepat menyiapkan masa depan masyarakat lingkar tambang.
Salah satu langkah strategis yang diambil ialah dengan menggandeng Yayasan Astra-Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) untuk membina pelaku UMKM di desa dan kelurahan kawasan lingkar tambang.
“UMKM adalh pilar ekonomi Indonesia,. Kontribusinya lebih besar dari perusahaan raksasa secara keseluruhan. Pembinaannya menjadi tonggak awal menciptakan ekosistem ekonomi baru yang mandiri, berkelanjutan, dan siap menghadapi transisi pasca tambang,” katanya.
Rahmat memandang, UMKM adalah motor penggerak ekonomi terbesar di Indonesia. PTAR dan YDBA menjadikannya sebagai bagian penting dari strategi keberlanjutan jangka panjang. Utamanya dalam penerapan prinsip bisnis yang mempertimbangkan Environmental, Social, and Governance (ESG)
PTAR saat ini mempekerjakan sekitar 3.500 karyawan. Dimana 1.000 karyawan berada langsung di bawah PTAR. Sedangkan, 2.500 lainnya berasal dari mitra kontraktor. Jika operasional tambang berhenti, maka potensi kehilangan pekerjaan karyawan cukup besar.
“Melalui pembinaan UMKM ini, kami berharap dapat menciptakan lapangan kerja baru dan sumber penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar tambang,” tambah Rahmat.
Melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM), PTAR tak hanya menyiapkan masa depan yang lebih baik untuk para karyawan dan masyarakat lingkar tambang. Tapi juga berkomitmen meninggalkan warisan sosial yang kuat dan berkelanjutan.
“Harapan kami, pembinaan ini tidak hanya memberi manfaat bagi pelaku UMKM, tapi juga seluruh masyarakat di sekitar lingkar tambang. Ekonomi harus tetap hidup, bahkan setelah tambang berhenti beroperasi,” tutup Rahmat.
Sementara Agung K Sampurno, perwakilan Pengurus YDBA, menyampaikan bahwa, sejak didirikan oleh PT Astra International Tbk pada tahun 1980, YDBA konsisten membina UMKM agar menjadi pengusaha yang profesional dan berdaya saing tinggi.
Ia percaya bahwa solusi nyata ketahanan ekonomi bangsa adalah melalui UMKM. Melalui pendampingan manajemen, peningkatan kualitas produk, akses pasar, hingga pelatihan keuangan.
“Kita ingin UMKM sekitar lingkar tambang bisa mandiri dan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Melalui kolaborasi lintas sektor seperti dilakukan YDBA dan PTAR ini, UMKM lokal diharap bisa tumbuh lebih cepat dan berkelanjutan,” sebut Agung.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari Pemkab Tapsel, Kadis Perdagangan dan Koperasi UKM, Novita Sari Wahyuni, menyatakan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan prioritas daerah dalam menciptakan ekonomi kerakyatan yang kuat.
“Kami mengapresiasi sinergi antara PTAR dan YDBA. Karena Ini bukan sekedar pembinaan usaha, tetapi juga menciptakan sistem ekonomi baru yang siap menggantikan peran tambang,” ujar Novi.
Ia juga menyoroti pentingnya Koperasi Merah Putih sebagai wadah kolektif UMKM untuk mengakses permodalan, meningkatkan daya tawar pasar, dan memperkuat struktur kelembagaan ekonomi rakyat.
“Koperasi Merah Putih harus menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Pemerintah siap mendukung dari sisi regulasi, pelatihan, hingga akses jaringan,” pungkasnya.
Salah satu pelaku UMKM binaan PTAR yang hadir dalam kegiatan ini adalah Rukiyah Galingging. Ibu dua anak asal Desa Muara Huta Raja, Kecamatan Muara Batang Toru. IA mengelola usaha R2Cake, yang memproduksi pastry dan bakery dari dapur rumahnya.
“Saya mulai usaha ini sejak Agustus 2024 dan omzetnya sekitar Rp1 juta sebulan. Sekarang masih dibantu orangtua saja, usaha saya belum punya pekerja, lain” ungkap Rukiyah.
Berkat program pembinaan PTAR, ibu muda berusia 30 tahun itu kini mendapat pelatihan dan bantuan alat produksi berupa mixer, yang sangat membantunya meningkatkan kapasitas produksi.
Meski sangat bersyukur atas bantuan PTAR terhadap usahanya, namun Rukiyah masih menghadapi tantangan besar. Terutama soal bahan baku berkualitas yang sulit ditemukan di desanya.
“Saya harus ke Pasar Batangtoru untuk beli tepung yang bagus. Jaraknya jauh dan jalanannya belum bagus, jadi makin susah. Tapi saya tetap semangat,” pungkasnya.
Rukiyah berharap, ke depannya kolaborasi PTAR dengan YDBA semain mantap dalam mendampingi para pelaku UMKM. Sehingga bisa berkembang dan mempekerjakan warga sekitar.
“Bisa punya toko atau dapur produksi sendiri dan punya karyawan, itu mimpi saya,” kata Rukiyah penuh harap.. (Anwar)***
Baca Juga :
Jamiyah Singapore dan DMDI Indonesia Salurkan 600 Hewan Kurban untuk Umat di Indonesia