Marbot Masjid Agung Medan Mendapat Perhatian Khusus, Bukti Cinta BKM kepada Pelayan Umat
Oleh Zulfikar Tanjung
Mitanews.co.id ||
Dalam hiruk-pikuk persiapan menyambut Hari Raya Idul Adha 1446 H, ada satu hal yang tak luput dari perhatian Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Agung Medan di Jalan Pangeran Dipomegoro: nasib para marbot. Mereka adalah sosok-sosok sunyi yang setia membersihkan, merapikan, menjaga dan mempersiapkan seluruh fasilitas masjid demi kenyamanan jamaah.
Namun, di balik ketidakterlihatan peran mereka di ruang-ruang publik, justru ada perhatian yang nyata dan menyentuh hati—datang dari para pengurus BKM Masjid Agung itu sendiri.
Perhatian para pengurus antara lain terlihat ketika H. Yuslin Siregar, Ketua Bidang Kemakmuran dan Kegiatan Ibadah BKM Masjid Agung Medan, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Badan Kenaziran dan Wakil Sekretaris BKM H. Abdullah Matondang, pada rapat dengan marbot, Rabu (4/6). Mereka bukan hanya sebagai pemimpin teknis pelaksanaan ibadah, tetapi juga sebagai pengayom sosial yang penuh kasih.
Dalam rapat koordinasi itu H, Yuslin menyatukan persepsi dan semangat seluruh unsur petugas masjid, mulai dari marbot, petugas keamanan hingga cleaning service. Namun, sorotan utamanya justru tertuju kepada marbot. Dalam arahannya, ia dengan tegas menyampaikan bahwa kehadiran dan peran mereka bukan pelengkap, melainkan penyangga utama kenyamanan ibadah umat.
"Tugas kita bukan semata rutinitas kerja. Melayani jamaah adalah bagian dari ibadah yang sangat mulia. Dan marbot adalah pelayan umat yang sering terlupakan, namun sesungguhnya mereka punya tempat istimewa di sisi Allah," ujar Yuslin penuh empati.
Lebih dari Arahan, Ada Keteladanan
Yang membuat arahan itu terasa hidup bukan hanya karena kalimatnya, tetapi karena Yuslin sendiri menjalani apa yang ia ucapkan. Sebagai pribadi, ia kerap secara langsung memperhatikan kebutuhan harian para marbot, termasuk makanan dan asupan gizi mereka. Ia tak segan menyisihkan waktunya mengecek apakah para marbot sudah makan dengan layak, bahkan sesekali membantu penyediaan kebutuhan harian mereka secara pribadi.
Perhatian ini lahir dari kesadaran spiritual dan rasa cinta pada sesama pelayan masjid. Yuslin justru menempatkan mereka sebagai bagian dari keluarga besar Masjid Agung Medan yang harus dilindungi dan diperhatikan kesejahteraannya.
Spirit Keikhlasan dan Kebersamaan
Masjid Agung Medan diperkirakan akan menampung lebih dari 10.000 jamaah pada Shalat Idul Adha tahun ini. Dengan fasilitas megah termasuk gedung parkir 12 lantai dan ruang utama yang luas, kemegahan masjid itu justru dimaknai oleh Yuslin bukan hanya dari segi arsitektur, tetapi dari kesempurnaan pelayanan umat yang tulus dan ikhlas.
“Kita tidak hanya menyiapkan tempat shalat yang nyaman, tapi juga menghadirkan suasana yang damai dan bersih. Itulah nilai ibadah yang sesungguhnya. Dan itu semua tidak mungkin terjadi tanpa dedikasi para marbot dan petugas lapangan lainnya,” ungkapnya.
Yuslin mengajak semua pihak menyadari bahwa keberhasilan penyelenggaraan ibadah besar seperti Idul Adha tidak semata terletak pada protokol atau pengeras suara yang baik, melainkan pada kesiapan seluruh elemen termasuk yang kerap dipandang sebelah mata: marbot.
Cermin Kepemimpinan Sosial dan Rohani
Apa yang dilakukan oleh H. Yuslin Siregar adalah contoh nyata kepemimpinan yang melayani, bukan hanya mengatur. Ia memahami betul bahwa keberhasilan kegiatan ibadah berskala besar sangat bergantung pada kebersamaan dan sinergi seluruh unsur pelayan masjid. Dan lebih dari itu, ia memperlakukan marbot dengan hormat, sebagai manusia yang bekerja dalam diam namun berdampak besar bagi umat.
Perhatian tulus semacam ini menjadi inspirasi bagi pengurus masjid di seluruh tempat karena pada hakikatnya, kemuliaan masjid tidak hanya terletak pada menaranya yang menjulang, tapi pada hati-hati ikhlas yang bekerja membersihkannya sebelum jamaah datang menengadah kepada Ilahi.
Masjid Agung Medan hari ini bukan hanya menjadi simbol kemegahan Islam di Kota Medan, tapi juga simbol dari perhatian kemanusiaan yang tulus, di mana marbot bukan lagi diabaikan, tapi diangkat, diperhatikan dan dihormati. (Penulis bersertifikat wartawan utama Dewan Pers)***
Baca Juga :
Suasana Religius Iringi Buka Puasa Tarwiyah di Masjid Agung Medan