oleh

Matinya Demokrasi di STAI Masjid Syuhada Yogyakarta

-Daerah-2,938 views

Yogyakarta.MitaNews.co.id | University for All adalah semboyan kampus yang berlokasikan di garis Imajiner yogyakarta, di Kecamatan Gedong Tengen tepatnya, Senin (6/2/2023).

Dewan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada (Dema STAIMS) Yogyakarta atau biasa disebut kabinet Abqory sebagai organisasi kemahasiswaan kampus tidak mampu menjadi organisasi kemahasiswaan yang merdeka untuk dalam merealisasikan ide dan gagasannya yg brilian. Banyak aturan tak tertulis yang membatasi langkah gerak organisasi kemahasiswaan untuk berkreasi lebih.

Pimpinan sangat menonjolkan diri akan diktatorisasinya dalam menaungi dunia pergerakan mahasiswa, di buktikan dengan berbagai kejadian yang ada seperti penolakan terhadap argumen dan otokritik dari mahasiswa. Bahkan pimpinan mengomandoi perombakan sistem pada pemilihan Gubernur DEMA STAIMS.

Pembentukan KPU oleh Gubernur DEMA guna mengawal sistem pemilihan kandidat bakal Calon Gubernur dan wakil gubernur berikutnya tidak berfungsi semestinya. Hadirnya Gubernur baru yang terpilih tanpa ada pemilihan langsung secara terbuka menjadi problemik seluruh masyarakat kampus STAIMS, lebih lagi munculnya postingan di akun Instagram Resmi DEMA STAIMS @demastaims tanpa sepengetahuan gubernur DEMA STAIMS yang masih aktif masa jabatannya.

Sehingga memunculkan banyak pertanyaan liar tertuang di kolom komentar akun Instagram Resmi tersebut, lantas darimana hadirnya Gubernur baru yang tiba-tiba telah resmi terpilih, tanpa mengetahui nama-nama kandidat bakal calon Gubernur yang baru dan waktu diselenggarakannya pemilihan. Naasnya semua harus berakhir dengan penghapusan dan penonaktifan kolom komentar pada postingan tersebut tanpa adanya klarifikasi yang valid.

"Keikutsertaan pimpinan kampus menjadi faktor kuat adanya perubahan sistem tersebut". Ungkap Eka Wakil Gubernur DEMA STAIMS.

"Sulit sekali menjadikan DEMA menjadi ormawa yg ideal pada umumnya, lebih-lebih merealisasikan ide maupun gagasan baru di kampus ini". Ujar Afif Gubernur DEMA STAIMS.

Kampus yang berdiri sejak 1960an ini memiliki cita-cita menjadi universitas sejak lama, namun cita-cita hanya sebatas tujuan dan harapan yang cukup utopis jika dilihat dari perkembangannya sampai saat in belum bisa menerima kehadiran nalar ritis mahasiswa dan pergerakan mahasiswa pada umumnya.

"Sepertinya kampus belum siap dengan hadirnya peegerakan mahasiswa dan organisasi external yang mewarnai kampus, mungkin ini yang menjadi penyebab belum tercapainya cita-cita menjadi Universitas, yang notabene akan semakin besar juga dinamika yang ada". ucap manan Mahasiswa STAIMS sekaligus Ketua umum PK IMM Rasyid Ridha.(Ali)

Baca Juga : Jadi Tuan Rumah HPN 2023, Ini Harapan PWI Sergai