Media Bukan Sekadar Penonton: Bobby Nasution Buka Pintu Kolaborasi Pembangunan
Oleh Zulfikar Tanjung
Mitanews.co.id ||
Pernyataan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution saat menerima kunjungan Pemimpin Redaksi salah satu media massa di ruang kerjanya pada 6 Mei 2025, menyiratkan pesan penting: media bukan hanya penonton, tetapi mitra strategis dalam perjalanan pembangunan.
Dengan lugas, Bobby menyampaikan harapan agar media terus berkontribusi dalam mempublikasikan program-program pemerintah, baik yang sedang maupun akan dijalankan.
Ungkapan seperti “Kerja sama ini nantinya dapat dikomunikasikan kembali, apa yang perlu kita dalami dan topik yang akan kita angkat” menandakan adanya kesadaran dari seorang kepala daerah terhadap peran sentral media dalam membentuk opini publik, memperkuat partisipasi masyarakat, serta mempercepat penyebaran informasi pembangunan.
Namun demikian, komitmen kolaboratif semacam ini tidak bisa berjalan dalam ruang hampa. Ia tidak akan berarti jika hanya bertepuk sebelah tangan.
Komitmen Butuh Implementasi
Bagi Bobby Nasution, membuka pintu kolaborasi dengan media adalah langkah positif dan patut diapresiasi. Tetapi lebih dari itu, publik menantikan bagaimana komitmen tersebut diterjemahkan ke dalam kebijakan dan praktik yang nyata.
Misalnya, melalui kemudahan akses informasi publik, transparansi anggaran, keterbukaan agenda pemerintah, serta perlindungan terhadap kerja-kerja jurnalistik yang independen.
Pejabat publik sebaiknya selaras antara kata dan perbuatan. Komitmen untuk bekerja sama dengan media perlu dibuktikan dengan keterbukaan akses informasi dan penghargaan terhadap peran media yang menyuarakan kepentingan publik.
Ketika dukungan terhadap media dinyatakan, maka harus diwujudkan pula dengan sikap transparan dan tidak menghambat kerja jurnalistik, agar sinergi antara pemerintah dan media benar-benar terbangun demi kebaikan bersama.
*Tanggung Jawab Profesionalisme Media*
Di sisi lain, media massa pun harus memaknai ajakan kolaborasi ini secara dewasa. Dalam konteks demokrasi yang sehat, kolaborasi bukan berarti menjadi corong kekuasaan, melainkan menjaga keseimbangan antara mendukung pembangunan dan mengawal kebijakan publik dengan objektif dan proporsional.
Komitmen media terhadap objektivitas, verifikasi data, dan integritas pemberitaan adalah elemen yang harus terus diperkuat. Sebab jika media tergelincir dalam romantisme relasi kuasa, maka ia kehilangan independensi—sesuatu yang justru membuatnya tak lagi layak disebut sebagai mitra kritis pembangunan.
Hubungan antara kepala daerah dan media sejatinya adalah hubungan yang saling membutuhkan dan saling menguatkan. Gubernur membutuhkan publikasi yang benar dan berimbang, sementara media membutuhkan akses, keterbukaan, dan pengakuan terhadap fungsinya sebagai pilar demokrasi keempat.
Maka dari itu, semangat yang ditunjukkan oleh Bobby Nasution layak disambut dengan optimisme. Namun perlu ditegaskan: kolaborasi yang sehat membutuhkan ruang kritis, bukan sekadar pujian satu arah. Baik pemerintah maupun media harus bersedia berjalan di atas prinsip saling menghargai, saling memahami, dan berkomitmen pada kepentingan publik.
Jika prinsip itu dijaga, maka Sumatera Utara bukan hanya akan tumbuh dalam hal pembangunan fisik, tetapi juga dalam hal kualitas demokrasi dan keberdayaan masyarakat. Dan di titik inilah, media akan benar-benar menjadi aktor, bukan sekadar penonton.(penulis bersertifikat wartawan utama dewan pers)***
Baca Juga :
Bupati Asahan Buka TMMD ke-124 di Desa Silo Bonto