Membedah Tiga Calon Kadis Kominfo Sumut – Bagian 3: Menakar Jejak Abdul Aziz, “Darah Penerangan” yang Ikut Mengukir Sejarah Lahirnya Diskominfo Sumut
Oleh Ir Zulfikar Tanjung
Mitanews.co.id ||
Tiga nama telah resmi diajukan panitia seleksi kepada Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, untuk dipilih sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) provinsi. Mereka semua telah lolos uji kompetensi, administrasi, dan penilaian kualitatif.
Setelah Bagian 1 mengupas Dr. Erwin Hotmansah Harahap dan Bagian 2 menelaah Rahmat Syah Munthe, kini tibalah giliran calon nomor urut tiga: Abdul Aziz, S.Sos, MAP.
Lahir di Desa Barbaran Julu, Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Abdul Aziz Batubara adalah putra daerah yang perjalanan kariernya ibarat buku besar sejarah komunikasi publik di Sumatera Utara.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sejak awal meniti karier di Kanwil Departemen Penerangan Provinsi Sumatera Utara pada 1 Maret 1991, darah penerangan telah mengalir kental dalam dirinya. Dari masa Menpen Harmoko dengan semboyan “Api Nan Tak Kunjung Padam,” hingga era digitalisasi komunikasi publik saat ini, ia nyaris tak pernah keluar dari jalur bidang informasi dan penerangan.
Hubungan kulturalnya dengan Gubernur Sumut, Bobby Nasution—yang leluhurnya juga berasal dari Mandailing Natal—memang bukan penentu formal, tetapi menjadi catatan kultural yang menarik. Namun, tentu faktor utama tetap pada kompetensi dan rekam jejak panjang Aziz.
*Lewati Berbagai Fase*
Selama 31 tahun lebih, ia melewati berbagai fase penting: menjadi ajudan Kepala Kanwil Deppen (di antaranya kepada almarhum Jamaluddin Syarif, Shamsir Alamshah, Wachudi Talkum, Amir Ali Nasution, dan Abdul Kadir), bertahan dalam masa sulit likuidasi Departemen Penerangan 1999–2001, hingga menjadi saksi sekaligus pelaku transisi kelembagaan menuju Badan Informasi dan Komunikasi (Bainfokom) dan kemudian Dinas Kominfo Sumut.
Posisi demi posisi ia lalui, mulai Kepala Subbidang Media Baru, Kepala Seksi Pusat Informasi Publik, Kepala Seksi Hubungan Lembaga dan Kemitraan, Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik, hingga dipercaya sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Kominfo Sumut.
Jejak ini membentuk profil seorang birokrat yang matang dalam memahami denyut komunikasi pemerintahan. Ia telah mendampingi sejumlah gubernur dan kepala dinas dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, serta ikut merumuskan dan mengeksekusi strategi diseminasi informasi di tengah dinamika politik lokal.
Dengan bekal ini, ia paham bahwa tugas Kadis Kominfo di era Bobby Nasution bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi mengelola narasi publik yang mampu memperkuat legitimasi dan citra program unggulan Kolaborasi Sumut Berkah.
Ke depan, tantangan bagi siapa pun yang terpilih adalah menerjemahkan visi gubernur menjadi pesan yang tersampaikan merata hingga pelosok. Program seperti Universal Health Coverage (UHC), sekolah gratis SMA/SMK, dan inovasi pelayanan publik harus dikemas dalam strategi komunikasi yang tidak hanya informatif, tetapi juga membangun partisipasi warga. Dalam era digital, kemampuan mengelola media sosial, memerangi disinformasi, dan memanfaatkan infrastruktur teknologi menjadi kunci.
*Manual Hingga Digital*
Abdul Aziz membawa modal yang jarang dimiliki: penguasaan teknis sejak era manual hingga digital, jaringan kerja lintas generasi di birokrasi Sumut, dan kredibilitas yang dibangun selama tiga dekade. Dalam kacamata optimis, pengalaman panjangnya ibarat peta lengkap—ia tahu jalan-jalan kecil, rute cepat, dan jebakan yang harus dihindari dalam mengelola komunikasi pemerintahan. Jika kepercayaan itu diberikan, tantangannya adalah membuktikan bahwa darah penerangan yang mengalir di nadinya tetap “tak kunjung padam” di tengah badai informasi era sekarang.
Selain modal teknis dan pengalaman birokrasi yang panjang, Abdul Aziz juga memiliki jaringan komunikasi yang terbangun secara organik dengan para pelaku media di Sumatera Utara.
Sejak menapaki karier di Dinas Kominfo hingga menjabat sebagai Plt Kepala Dinas, ia telah menjalin interaksi yang erat dengan sejumlah tokoh pers, pemimpin redaksi, dan wartawan lintas generasi.
Hubungan ini tidak sekadar formal, tetapi tumbuh dari kerja sama langsung di lapangan, termasuk dengan berbagai organisasi kewartawanan dan asosiasi media tingkat provinsi. Pengalaman berinteraksi dinamis dengan komunitas pers ini menjadi nilai tambah penting, karena di era komunikasi publik modern, keberhasilan membangun citra dan menyampaikan pesan pemerintah sangat bergantung pada sinergi yang sehat dengan media massa.(Penulis Memiliki Sertifikat Wartawan Utama Dewan Pers)***
Baca Juga :
Ny. Yusnila Indriati Taufik Dikukuhkan Sebagai Bunda Literasi dan Bunda PAUD Kabupaten Asahan