oleh

Menakar Kapabilitas Rico: Mampukah Lampaui Bayang-bayang Kekuasaan Bobby atau Tenggelam dalam Dominasi Sang Pendahulu?”

-Daerah-211 views


Menakar Kapabilitas Rico: Mampukah Lampaui Bayang-bayang Kekuasaan Bobby atau Tenggelam dalam Dominasi Sang Pendahulu?"

Oleh Ir Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
Suasana politik Kota Medan sedang memasuki babak baru. Setelah kepemimpinan Muhammad Bobby Afif Nasution, kini tampuk kekuasaan dipegang oleh Rico Triputra Bayu Waas. Namun, pertanyaan besar yang menggelayuti benak masyarakat: Mampukah Rico menyamai, apalagi melampaui, jejak sukses pendahulunya?

Bukan tanpa alasan publik ragu. Bobby Nasution bukan sekadar wali kota biasa. Ia memiliki akses langsung ke lingkaran kekuasaan tertinggi di negeri ini—Presiden Joko Widodo adalah mertuanya. Dengan keistimewaan itu, Bobby tak perlu berlama-lama berkutat dalam birokrasi berbelit.

Banyak program strategisnya, termasuk proyek infrastruktur dan tata kota, dapat terealisasi dengan cepat karena koordinasi langsung ke pemerintah pusat tanpa harus melewati jalur provinsi.

Contoh paling nyata adalah proyek bus listrik untuk masyarakat Medan. Di era kepemimpinan Bobby Nasution, akses listrik juga lebih stabil dan merata bisa diwujudkan berkat jalur komunikasinya yang mulus ke kementerian terkait.

Begitu juga dengan penataan ulang Lapangan Merdeka dan pembangunan beberapa jembatan layang yang memperlancar mobilitas warga. Semua ini dilakukan tanpa hambatan berarti karena Bobby bisa langsung mengetuk pintu kekuasaan di pusat.

*Rico dan Bayang-Bayang Kejayaan Bobby*

Kini, semua mata tertuju pada Rico. Beban berat di pundaknya semakin terasa karena publik sudah terbiasa dengan pemimpin yang memiliki jalur tol politik ke Jakarta. Rico, di sisi lain, tidak memiliki kemewahan yang sama. Ia harus mengikuti prosedur administratif standar, melewati lapisan birokrasi di tingkat provinsi, dan menghadapi dinamika politik yang tidak selalu menguntungkannya.

Satu hal yang tak bisa dihindari: masyarakat Medan akan membandingkan kinerja Rico dengan Bobby Nasution. Jika dalam beberapa bulan pertama tidak ada gebrakan berarti, maka bayang-bayang kejayaan Bobby akan semakin menghantui. Pertanyaan pun bermunculan: Apakah Rico memiliki jaringan dan strategi politik yang cukup kuat untuk mempertahankan momentum pembangunan? Ataukah ia akan tenggelam dalam kebuntuan kebijakan tanpa dukungan kekuasaan besar seperti pendahulunya?

Dalam berbagai kesempatan, Gubernur Sumatera Utara sebelumnya, Edy Rahmayadi, bahkan pernah secara terbuka menyatakan bahwa Bobby sering melangkahi jalur provinsi dan langsung ke pusat untuk menggolkan program-programnya. Hasilnya? Kota Medan mengalami percepatan pembangunan yang signifikan. Rico tentu tidak bisa menerapkan strategi yang sama. Ia harus mencari cara lain untuk mendapatkan perhatian pemerintah pusat tanpa jalur istimewa yang dulu dimiliki Bobby.

*Tantangan Berat di Hadapan Rico*

Tantangan pertama bagi Rico adalah membuktikan bahwa ia mampu mempertahankan laju pembangunan yang sudah berjalan. Jika di era Bobby Nasution berbagai proyek infrastruktur berjalan lancar, apakah di era Rico hal yang sama bisa terjadi? Jika Bobby mampu menertibkan terminal dan lalu lintas kendaraan dengan lebih efektif, apakah Rico bisa melakukan hal yang lebih baik atau setidaknya setara?

Tak hanya itu, Rico juga harus berhadapan dengan ekspektasi publik yang sudah terlanjur tinggi. Jika sebelumnya warga Medan menikmati hasil kerja wali kota dengan akses kekuasaan luar biasa, maka kini mereka akan lebih kritis terhadap kinerja pemimpin baru. Publik tidak akan segan-segan menyoroti kelemahan atau ketidakmampuan Rico dalam mengambil keputusan cepat.

Lebih buruk lagi, jika Rico gagal menunjukkan kepemimpinan yang kuat, ia bisa kehilangan legitimasi di mata publik sejak dini. Suasana ketidakpercayaan bisa menguat, menciptakan opini bahwa Medan kini dipimpin oleh sosok yang tak cukup berpengaruh.

*Ancaman Ketidakpuasan Publik*

Jika dalam waktu dekat Rico tidak menunjukkan gebrakan signifikan, maka tidak mustahil gelombang ketidakpuasan akan muncul. Kota Medan membutuhkan pemimpin yang bisa menjaga momentum pembangunan, bukan sekadar bertahan dalam rutinitas administratif.

Pejabat Kominfo Kota Medan pun bisa dipastikan akan sibuk jika gelombang kritik mulai menguat. Akan ada upaya untuk meyakinkan publik bahwa kepemimpinan Rico tetap berjalan sesuai visi dan misinya. Namun, narasi saja tidak cukup. Masyarakat Medan sudah terbiasa melihat hasil nyata dari pemimpinnya.

Pada akhirnya, waktu akan menjadi hakim. Rico harus segera mengambil langkah strategis untuk menghindari jebakan bayang-bayang Bobby Nasution. Jika tidak, ia akan menjadi simbol kepemimpinan yang terpuruk dalam ekspektasi yang tak terpenuhi.

Mampukah Rico keluar dari bayang-bayang Bobby? Atau justru akan tenggelam dalam keraguan publik yang semakin menguat?.(PENULIS Bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers)***

Baca Juga :
Bupati Asahan Terima Kunker dan Supervisi BPK RI Perwakilan Sumut

News Feed