Nikson Nababan Cermat dan Berani Berinovasi Anggaran, Kenapa ? (Bag 2)
Oleh Ir Zulfikar Tanjung
(Wartawan Kompetensi Utama Dewan Pers)
Mitanews.co.id ||
Kepiawaian, kecerdasan dan kecermatan Nikson Nababan berinovasi kreatif dalam pendayagunaan anggaran, patut diacungi jempol.
Ini satu lagi parameter menonjol yang bisa dianalisis, untuk menjawab pertanyaan, kenapa beliau sukses memimpin 10 tahun di Tapanuli Utara.
Bakal Calon Gubernur Sumut ini, asalkan demi kepentingan riel rakyat, selalu berani melakukan rasionalisasi dan refocusing anggaran.
Indikatornya cuma satu. Masyarakat butuh dan kebutuhan itu mendesak. Dan, sifatnya harus mendasar, untuk menopang pertumbuhan ekonomi rakyat.
Jadi dengan segala cara, namun tetap "berselancar" di peraturan yang ada, Nikson mencurahkan segenap kemampuannya memaksimal penggunaan anggaran yang ada.
Hasilnya memang luar biasa dan nyata. Misalnya berhasil membantu pupuk petani, inovasi mekanisasi pertanian, produktivitas lahan-lahan tidur, pembelian alat berat untuk membangun jalan akses seluruh desa, mapping anggaran OPD dan lainnya.
Kalau hanya melalui sistem penganggaran normatif dalam APBD, butuh puluhan tahun untuk itu. Padahal rakyat sudah mendesak.
Di sinilah kehadiran Nikson. Dengan melakukan inovasi, kreasi, rasionalisasi, refocusing, efisiensi dan penghematan ternyata itu bisa direalisasikan.
Jadi dapat dianalisis, tokoh yang nama lengkapnya Kanjeng Pangeran Raden Aryo Dr Drs Nikson Hasudungan Nababan MSi Darmonagoro, ini dalam 10 tahun memimpin kabupaten itu, dalam kebijakan anggaran, melakukan langkah-langkah strategis berdasarkan skaka prioritas kebutuhan masyarakat.
[HASIL NYATA]
Sejumlah inovasi kreatif dalam kejelian Nikson melakukan rasionalisasi dan refocusing anggaran tersebut telah menghasilkan banyak karya nyata.
Misalnya untuk infrastruktur jalan Nikson pernah mengakui APBD setempat tidak akan sanggup apabila tidak dilakukan rasionalisasi dan refocusing anggaran.
Bisa dibayangkan, jalan eksisting di kabupaten itu sepanjang 1350 km membutuhkan sekira Rp 13,5 triliun untuk menjadikannya kondisi mantap hotmix. Sementara anggaran yang ada saat itu hanya Rp 800 milyar.
Oleh sebab itu Nikson melakukan rasionalisasi dan refocusing dengan skala prioritas. Melalui program ini dibuat skala prioritas sesuai kebutuhan mendesak rakyat.
Begitu juga ketika muncul angka perlunya pembukaan jalan guna membuka akses desa-desa terisolir sepanjang 1000 km, maka setidaknya perlu Rp 2 triliun jika di-pihakketiga-kan dengan asumsi biaya per kilometer Rp 200 juta.
Saat itu lah Nikson memutuskan membeli alat berat dengan meyakinkan pihak DPRD seharga sekira Rp 17 milyar.
Hasilnya, data yang ada, per tahun lalu biaya yang digunakan untuk operasional alat berat itu sekira Rp 50 milyar.
Jadi dengan pola ini Pemkab melakukan penghematan ratusan milyar untuk pemukaan jalan baru apabila dibanding dengan di-pihakketiga-kan.
Contoh lainnya dapat dianalisis pada program mekanisasi pertanian. Bagi kabupaten itu hal ini diperlukan antara lain menurut Bupati guna mengejar produktivitas pertanian.
Nikson pernah memaparkan jumlah sumberdaya usia produktif di kabupaten itu cenderung menurun karena banyak generasi muda yang merantau, terutama melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
Akibatnya mekanisasi merupakan hal mendesak bagi sumberdaya pedesaan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, termasuk pemanfaatan lahan-lahan tidur.
Oleh sebab itu melalui rasionalisasi dan refocusing juga pemerintah membantu mekanisasi pertanian.
Khusus pemanfaatan lahan-lahan tidur digencarkan dengan program PANGLIMA. Yakni pengolahan lahan tidur gratis.
Nikson juga membeli 7 traktor melalui APBD sekira Rp 12 milyar. Kemudian operator dan solar serta pemeliharaannya juga dibiayai oleh APBD.
“Dalam hal ini rakyat hanya melaporkan lahan tidur mereka lalu Pemkab datang dan mengolah lahan tidur tersebut agar produktif, biayanya gratis. Dengan catatan itu adalah lahan rakyat di bawah 2 hektar,” jelas Nikson.
Data tahun lalu sudah 6000 hektar lahan tidur rakyat yang produktif kembali. Kalau dihitung seandainya berbayar maka seyogyanya dibutuhkan biaya Rp 180 milyar untuk mengolah lahan tidur itu, dengan asumsi jika di-pihakketiga-kan sekira Rp 3 juta per hektar.
Jadi dapat diperhitungkan besarnya penghematan yang dilakukan.
Dengan pembelian traktor Rp 12 milyar dan biaya operasional serta solar selama 9 tahun hanya sekira Rp 20 milyar, dibanding jika di-pihakketiga-kan untuk 6000 ha perlu biaya sekira Rp 180 milyar, maka penghematan anggaran cukup besar.
Sedangkan masyarakat yang memiliki lahan tidur di atas 2 hektar juga dapat memanfaatkan program inovasi ini melalui program sewa yang tentu harganya jauh lebih murah.
Petani yang memiliki lahan di bawah 2 hektar gratis sepenuhnya menggunakan program ini sedangkan yang di atas 2 hektar sistem sewa karena yang di atas 2 hektar sudah dikategorikan menengah ke atas.
Upaya Nikson melepaskan petani dari jeratan sistem ijon antara lain dapat dilihat dari inovasinya dalam membantu pengadaan pupuk petani.
Melalui kelompok tani, pada periode pertama Nikson memprogramkan Pemkab memberikan bantuan pupuk yang dibayar oleh petani setelah panen.
Program ini kemudian dimodifikasi pada periode kedua melalui pemberian penyertaan modal kepada perusahaan daerah Taput. Dalam hal ini perusahaan daerah membeli pupuk dari produsen, kemudian kelompok tani berurusan dengan perusahaan daerah.
(Tidak Terima Komisi)
Dari beberapa contoh di atas tergambar bahwa Nikson Nababan telah mengambil berbagai langkah inovatif dalam mengelola anggaran selama masa jabatannya sebagai Bupati Tapanuli Utara.
Dengan langkah-langkah ini Nikson Nababan berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Tapanuli Utara.
Dapat disimpulkan salah satu parameter lainnya penyebab Nikson Nababan sukses menjadi Bupati antara lain karena selama menjabat sebagai Bupati Tapanuli Utara, dikenal melakukan berbagai inovasi dalam rasionalisasi dan refocusing anggaran.
Beberapa langkah penting yang diambil meliputi:Prioritas pada Sektor Utama.
Nikson memfokuskan anggaran pada sektor-sektor yang menjadi prioritas utama bagi pembangunan daerah, seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan pertanian. Ini memastikan bahwa dana dialokasikan untuk program yang memberikan dampak langsung dan signifikan kepada masyarakat.
Rasionalisasi anggaran yang dilakukan oleh Nikson Nababan membawa berbagai manfaat bagi masyarakat Tapanuli Utara.
Alokasi dana yang lebih efisien ke sektor kesehatan memungkinkan peningkatan fasilitas dan layanan kesehatan, termasuk penyediaan obat-obatan dan peralatan medis yang lebih baik.
Dana yang difokuskan ke sektor pendidikan dapat meningkatkan kualitas sekolah, menyediakan beasiswa, dan memperbaiki infrastruktur pendidikan.
Penggunaan anggaran yang efisien memungkinkan pembangunan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya, yang langsung meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas di daerah.
Refocusing anggaran untuk mendukung program pemulihan ekonomi, terutama pada masa pandemi, membantu menjaga stabilitas ekonomi lokal dengan memberikan bantuan kepada sektor usaha kecil dan menengah serta menciptakan lapangan kerja.
Dengan alokasi dana yang akurat untuk program sosial dan bantuan kepada masyarakat kurang mampu, tingkat kemiskinan dapat dikurangi. Program bantuan sosial dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang paling membutuhkan.
Penggunaan teknologi dan sistem pengawasan yang lebih baik dalam pengelolaan anggaran meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, yang pada akhirnya mengurangi peluang korupsi dan memastikan dana digunakan sesuai peruntukannya.
Rasionalisasi anggaran juga memungkinkan pemerintah daerah memiliki fleksibilitas untuk mengalihkan dana dengan cepat, seperti penanganan bencana alam atau krisis kesehatan seperti pandemi COVID-19.
Semua manfaat di atas secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, dengan akses yang lebih baik ke layanan dasar, infrastruktur yang memadai, dan stabilitas ekonomi yang lebih terjaga.
Secara keseluruhan, rasionalisasi dan refocusing anggaran yang dilakukan dengan baik membantu menciptakan lingkungan yang lebih sejahtera dan berdaya bagi masyarakat, serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Kembali ke pertanyaan di awal tulisan, kenapa Nikson Nababan berani melakukan rasionalisasi dan tefocusing anggaran dan kenapa semua pimpinan OPD mendukung dan menerima anggarannya dirasionalisasi ?
Banyak parameternya. Namun dari beberapa penyebab, selain karena OPD duduk tidak ada jual beli jabatan, juga diindikasikan karena dalam penyusunan anggaran terutama yang beraroma proyek, Nikson tidak pernah meminta fee atau komisi dari proyek yang diusulkan (BERSAMBUNG).***
Baca Juga :
Mahasiswa Asal Nias Siap Dukung Nikson Nababan Pilgubsu 2024