Pertemuan Budaya di Tepian Danau Toba: Wisatawan Mancanegara Nikmati Hangatnya Sambutan Warga Samosir
SAMOSIR.Mitanews.co.id ||
Tak hanya memikat dengan bentang alamnya yang memukau, Samosir juga menyuguhkan pesona lain yang tak kalah penting: keramahan masyarakatnya. Hal ini dirasakan langsung oleh Domittri Dros, seorang wisatawan asal Eropa, saat menikmati suasana tenang di sebuah rumah makan sederhana di Pangururan, ibu kota Kabupaten Samosir, kamis 15 Mei 2025.
Domittri yang sedang berwisata ke kawasan Danau Toba secara tidak sengaja bertemu dengan seorang jurnalis lokal Sofian Candera Lase yang juga tengah menikmati makansiang di tempat yang sama. Pertemuan spontan itu berlanjut menjadi perbincangan santai yang sarat dengan semangat pertukaran budaya. Meski berasal dari latar belakang berbeda, keduanya dengan cepat menemukan titik temu melalui cerita-cerita tentang perjalanan, budaya lokal, dan nilai-nilai kehidupan.
“Wisata bukan hanya tentang tempat, melainkan juga tentang manusia yang kita temui dalam perjalanan,” ujar Domittri dalam bahasa Inggris yang fasih, disambut anggukan dan senyum hangat dari lawan bicaranya.
Pariwisata sebagai Jembatan Budaya
Kisah sederhana ini menjadi potret nyata bagaimana pariwisata mampu menjadi jembatan peradaban. Dalam satu meja makan, dua warga dari belahan dunia yang berbeda saling mengenal, berbagi cerita, bahkan saling belajar tentang kebiasaan dan nilai-nilai yang mereka anut.
“Domittri sangat menghargai keramahan warga Samosir. Ia bilang, inilah yang membedakan Samosir dari destinasi lain. Bukan sekadar panorama, tetapi kedekatan dan kehangatan manusianya,” ujar jurnalis tersebut, yang juga merupakan pelaku wisata lokal.
Membangun Citra Destinasi Berbasis Keramahan
Fenomena ini memperkuat citra Samosir sebagai destinasi wisata yang mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat atau community-based tourism. Dalam model ini, masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton dalam geliat pariwisata, tetapi juga aktor utama yang berinteraksi langsung dengan wisatawan. Tak heran jika Samosir kerap mendapat pujian dari pengunjung, bukan hanya karena Danau Toba yang eksotis, tetapi juga karena warganya yang murah senyum dan terbuka.
Pemerintah Kabupaten Samosir melalui Dinas Pariwisata terus mendorong pembangunan sektor pariwisata yang tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai sosial dan budaya lokal. Pelatihan keramahan, bahasa asing dasar, serta penguatan kelembagaan desa wisata menjadi bagian dari program rutin yang dilakukan untuk menunjang kualitas layanan wisata.
“Wisatawan akan kembali bukan karena pemandangan yang mereka lihat, tetapi karena pengalaman yang mereka rasakan. Dan pengalaman itu tercipta dari interaksi dengan masyarakat,” ujar salah satu pejabat Dinas Pariwisata Samosir.
Samosir, Rumah yang Selalu Dirindukan
Pertemuan singkat antara Domittri dan warga lokal itu berakhir dengan sesi foto bersama dan saling bertukar kontak. Keduanya sepakat bahwa perjalanan yang bermakna tidak diukur dari seberapa jauh seseorang melangkah, tetapi seberapa dalam hubungan yang terjalin di sepanjang jalan.
“Saya pasti akan kembali ke Samosir. Tempat ini bukan hanya indah, tetapi membuat saya merasa seperti pulang ke rumah,” ucap Domittri sebelum melanjutkan perjalanannya mengelilingi Danau Toba.
Samosir kembali membuktikan bahwa kekuatan sejati dari sebuah destinasi wisata bukan hanya pada keindahan lanskapnya, tetapi pada hangatnya hati mereka yang menyambut.(HS)***
Baca Juga :
Gubernur Sumut dan Bupati Samosir Usulkan Transportasi Seaplane di Danau Toba