oleh

“The Women Behind the Gun”: Perempuan Perkasa di Tengah Deru Mesin Tambang

-Daerah-2,895 views


“The Women Behind the Gun”: Perempuan Perkasa di Tengah Deru Mesin Tambang

Catatan Ir Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
Tidak berlebihan, sukses Tambang Emas Martabe di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut), salah satunya andil perempuan perkasa di balik operasional teknis dan manajemen.

Sebutan ‘The Women Behind the Gun’ pantas diberikan kepada Katarina Siburian Hardono (kanan pada foto).

Dialah salah satu orang yang konsisten dan berperan sejak awal persiapan operasional tambang pada tahun 2010, hingga tambang masuk masa produksi sejak 2012 sampai kini.

Perempuan perkasa ini, sejak awal tambang hingga berganti-ganti kepemilikan dari Amerika, Australia hingga penuh milik Indonesia, berada di balik kisah sukses tambang yang dikelola PT Agincourt Resources (PTAR).

Perannya membangun opini dan citra positif tambang di tengah masyarakat terbukti mampu membangun kepercayaan publik.

Bahkan masyarakat Sumut merasa ikut memiliki. Maka timbul partisipasi aktif menjaga operasional tambang yang saat ini berjalan baik.

Boru Batak kelahiran Sei Bamban, Serdang Bedagai, pada 1970 ini bersama timnya mampu membawa iklim sejuk dan kondusif bagi perusahaan. Sehingga, operasional berjalan sukses sampai menghasilkan laba besar.

Tahun 2023 tercatat PTAR mendulang pendapatan 340 juta dollar AS dengan laba bersih setelah pajak sebesar 93,8 juta dollar AS.

Performa itu berasal dari volume penjualan emas setara sebesar 175.430 ounce.

Keberhasilan tambang ini tentu juga dipengaruhi oleh kinerja non-teknis perusahaan.Di situlah peran Katarina didukung penuh oleh manajemen hingga saat ini.

[Perempuan Tambang]

Katarina tidak berpuas diri, ia terus berinovasi. Pada periode 2013 – 2020 dia melejit membangun citra perusahaan bersama perempuan perkasa lainnya, yakni Linda Siahaan yang saat ini menjabat sebagai Komisaris PTAR.

Kolaborasi dua perempuan tangguh ini bersama timnya luar biasa dalam membangun citra positif perusahaan.

Keduanya mampu menjabarkan secara utuh kunci keberhasilan perusahaan, yakni harmonisasi hubungan dengan masyarakat, pemerintah, media, LSM hingga lembaga legislatif.

Kini Katarina tetap setiap bersama perempuan-perempuan perkasa di PTAR. Tambang emas kebanggaan masyarakat Sumut yang merupakan salah satu tambang emas terbesar di Indonesia ini memiliki banyak perempuan perkasa.

Saat ini Katarina bersama timnya juga semakin eksis karena terus mendapat kepercayaan penuh dan dukungan kuat dari Direktur PTAR Sanny Tjan dan seluruh jajaran Direksi, apalagi setelah PTAR diakuisisi PT Astra International, Tbk.

Saat menggelar buka puasa bersama dengan wartawan pada bulan puasa 2024, Sanny Tjan hadir dan mengumumkan komitmen PTAR untuk melakukan pembangunan jangka panjang yang disebut Martabe Tahap 2, guna memperpanjang umur tambang.

Kemampuan Katarina sebenarnya sudah terlihat sebelum direkrut Tambang Emas Martabe tahun 2010.

Dia pernah menjabat posisi penting di sejumlah perusahaan multinasional di bidang komunikasi korporat.
Saat proses rekrutmen di PTAR, Katarina mengungguli kompetitor humas yang mayoritas laki-laki dengan jam terbang panjang di industri tambang.

Karena kecintaannya, tidak hanya pada perusahaan tapi juga pada dinamika komunikasi tambang yang digelutinya, sudah 14 tahun lamanya bergabung bersama PTAR. Katarina bangga menjadi Kartini Modern, yang mengganti konde, kebaya dan selop dengan helm proyek, seragam oranye serta sepatu tebal safety boots.

Katarina yang saat ini menjabat Senior Manager Corporate Communications PTAR karena kepiawaiannya bermitra dengan media, sejak 2016 didaulat menjadi Dewan Pembina dan Penasihat Komunitas Wartawan Tambang se-Sumatera Bagian Utara dan belakangan diminta menjadi penasehat sejumlah asosiasi kewartawanan.

Strategi Katarina yang patut diacungi jempol secara garis besar mampu mengondisikan bahwa Tambang Emas Martabe bukan perusahaan yang menjalin komunikasi tertutup, melainkan perusahaan yang menerapkan komunikasi terbuka, tambang yang humanis, luwes dan aktif merangkul.

“Kami berkomitmen menunjukkan dan menginformasikan kepada publik bahwa Tambang Emas Martabe adalah perusahaan tambang yang ramah lingkungan, dekat dengan pemukiman penduduk tetapi tidak mengganggu masyarakat bahkan berkontribusi. Program pemberdayaan dirasakan langsung masyarakat. Dampak minimal kontribusi maksimal,” ujarnya pada suatu kesempatan.

[Komunikasi dari Hati]

Kini, Tambang Emas Martabe, salah satu tambang emas terbesar di Indonesia, tidak hanya dikenal karena kekayaan sumber daya alamnya, tetapi juga berkat keahlian dan kecerdasan perempuan tangguh yang berada di balik kesuksesannya.

Mereka adalah sosok yang sejak awal pendirian tambang berjuang keras memberikan penjelasan dan mencerdaskan masyarakat serta media tentang arti penting dan manfaat kehadiran tambang emas ini bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Di tengah maraknya opini negatif dan gelombang demonstrasi yang menolak keberadaan tambang, perempuan tangguh Katarina Siburian Hardono percaya diri menghadapi tantangan dengan strategi komunikasi yang luar biasa.

Dia tidak mengambil pendekatan defensif atau sekadar membantah isu-isu penolakan yang muncul, baik secara langsung maupun melalui media.

Sebaliknya, dia bersama timnya mengadopsi pendekatan yang lebih terbuka dan inklusif.

Sejak awal, mereka membuka diri terhadap aspirasi masyarakat, LSM, dan media, mendengarkan dengan saksama, berdialog, dan memahami setiap kekhawatiran yang ada.

Dengan hati yang tenang, persuasif, dan analitik, mereka mampu merangkul berbagai pihak yang menentang tambang ini.

Mereka tidak hanya berdialog, tetapi juga bersedia berdiskusi secara mendalam dengan pihak-pihak berkompeten, menjelaskan bahwa keberadaan tambang emas ini bisa dikelola dengan baik tanpa merusak lingkungan.

Dengan adanya ilmu dan teknologi yang tepat, mereka meyakinkan masyarakat bahwa operasional tambang dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan tanpa mengabaikan aspek lingkungan.

Salah satu kelebihan dalam manajemen komunikasi dan pengelolaan isu yang Katarina lakukan adalah fokus pada edukasi yang mencerahkan.

Dia tidak hanya berinteraksi dengan media, tetapi juga memberikan pelatihan, pendidikan dan berdiskusi dengan wartawan.

Puluhan kegiatan pelatihan dan pendidikan telah mereka laksanakan sejak awal operasional tambang, baik untuk wartawan di Medan maupun sekitar lokasi tambang, dari tingkat dasar hingga lanjutan.

Dalam setiap sesi pendidikan, mereka tidak hanya membahas tentang perusahaan tambang, tetapi juga melatih dan mendidik wartawan tentang pengelolaan tambang yang bertanggung jawab dengan menghadirkan para pakar dari berbagai institusi termasuk dari universitas terkemuka, baik dari dalam maupun luar negeri.

Pendekatan ini berhasil menciptakan wartawan-wartawan yang memiliki pengetahuan mendalam tentang industri tambang, seolah-olah memiliki gelar doktor dalam bidang ini.

Para perempuan ini memberikan kail bukan ikan, bahkan lebih dari itu. Banyak wartawan difasilitasi terus-menerus untuk meningkatkan kemampuannya agar mereka mumpuni dalam menganalisis secara kritis dan objektif setiap isu yang muncul.

Mereka menjadi pilar atau salah satu fondasi utama kesuksesan Tambang Emas Martabe saat ini.

"Kami melihat media itu salah satu mitra utama PTAR, yang mendukung keberhasilan dan keberlangsungan, termasuk keberlangsungan reputasi perusahaan," kata Katarina.

Dengan manajemen isu dan opini yang mereka jalankan, operasional tambang berjalan lancar.

Masalah teknis dan teknologi engineering ditangani oleh para ahli dan praktisi, begitu juga soal modal dan sumber dana.

Namun, semua ini hanya bisa bekerja dan berinovasi jika kondisi perusahaan dan lingkungan eksternalnya positif dan kondusif.

Di sinilah peran penting para perempuan perkasa ini, yang dengan kecerdasan, keahlian dan kepiawaian mereka, telah menjadikan Tambang Emas Martabe sebagai model keberhasilan dalam industri tambang di Indonesia. Katarina layak dapat Lencana Emas Tambang Emas. (Penulis ialah Penasehat PWI Sumut)***

Baca Juga :
Wartawan Pemprovsu Rayakan Ultah ke-82 Bundo