Wacana Tanimulya-Cilame ke Cimahi, Iwa: Masyarakat Bicara dengan "Bahasa Bayi."
BANDUNG BARAT.Mitanews.co.id ||
Wacana sebagian wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB), termasuk Desa Tanimulya dan Desa Cilame, untuk bergabung dengan Kota Cimahi semakin banyak diperbincangkan.
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, isu ini di harapkan bukan sekadar wacana politik, tetapi lebih kepada untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat jauh lebih baik.
Iwa, Salah seorang pemuda desa tanimulya
menyampaikan bahwa masyarakat menilai sesuatu secara sederhana berdasarkan apa yang mereka rasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
"Masyarakat itu berbicara dengan ‘bahasa bayi’. Kalau enak, mereka diam dan tenang. Kalau nggak enak, ya mereka marah atau mengeluh. Dan dalam beberapa waktu terakhir, kami merasa ada banyak hal yang perlu diperbaiki. Jalan rusak, birokrasi dll ujarnya kepada media, Jumat 7 Maret 2025.
Menurut Iwa, keinginan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik bukan berarti ingin lepas dari KBB, tetapi lebih kepada harapan agar hak-hak dasar masyarakat dapat dipenuhi dengan lebih optimal.
Kalau KBB bisa memberikan pelayanan yang baik, tentu kami tetap di sini. Tapi kalau ada opsi lain yang bisa lebih mengakomodasi kebutuhan kami, wajar jika masyarakat mempertimbangkan. Kami juga tidak datang dengan tangan kosong, jumlah warga di sini banyak, dan PAD yang kami bawa juga besar. Harapannya, pajak yang kami bayarkan bisa kembali dalam bentuk pembangunan dan pelayanan yang jelas manfaatnya buat kami," tambahnya.
Saat ini, jumlah penduduk Desa Tanimulya dan Desa Cilame mencapai 75.318 jiwa, jumlah yang tidak sedikit dalam kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Tanggapan terhadap Pernyataan Tokoh KBB
Sejumlah tokoh KBB sebelumnya menyatakan bahwa gagasan ini hanya "mimpi" atau bahwa mayoritas warga tidak setuju. Namun, masyarakat yang sehari-hari menghadapi kondisi di lapangan menilai bahwa wacana ini berangkat dari realitas yang mereka rasakan.
Saya menghormati setiap pendapat, dan saya memahami bahwa ada berbagai sudut pandang dalam hal ini. Namun, saya rasa yang lebih penting adalah bagaimana kita mendengar langsung suara masyarakat di lapangan. Jalan yang masih rusak, pelayanan yang bisa lebih cepat, ini bukan sekadar opini, tapi realitas yang kami alami setiap hari. Jadi, jika ada aspirasi seperti ini, alangkah baiknya untuk didengar dan dibahas bersama," kata Iwa. Menurutnya, masyarakat hanya ingin melihat adanya perubahan nyata dalam pelayanan publik dan infrastruktur di daerahnya.
Harapan ke Depan
Warga berharap pemerintah, baik di tingkat KBB maupun Cimahi, bisa mendengar aspirasi masyarakat dengan kepala dingin dan hati terbuka.
"Kami tidak ingin sekadar berwacana atau berpolemik, yang kami harapkan adalah solusi nyata. Kami terbuka untuk berdiskusi, asalkan hasilnya adalah perbaikan yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Yang terpenting bagi kami adalah kepastian bahwa pajak yang kami bayarkan kembali dalam bentuk pelayanan yang lebih baik,".(Riki)***
Baca Juga :
Ketua Bawaslu Bandung Barat Ditangkap Saat Pesta Sabu