100 Hari Pemerintahan PMA-AFN di Padang Lawas : Momentum yang Terlewat?
Oleh: Pardomuan Daulay, Ketua Umum Koar Padang Lawas
PALAS.Mitanews.co.id ||
Sudah 100 hari sejak Putra Mahkota Alam (PMA) dan Achmad Fauzan Nasution (AFN) resmi memimpin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Padang Lawas. Namun, euforia pelantikan yang digelar megah di Lapangan Monas seakan belum diikuti dengan gebrakan nyata. Publik yang menanti perubahan justru disuguhi keheningan dari langkah-langkah strategis pemerintahan baru ini.
Dalam tradisi pemerintahan modern, 100 hari pertama adalah periode krusial untuk menunjukan komitmen, konsolidasi, dan arah kebijakan. Sayangnya, momentum ini justru terlewatkan oleh PMA-AFN. Birokrasi masih terlihat lesu, program unggulan belum terealisasi, dan komunikasi politik dengan masyarakat terkesan minim.
Ketum Koar Pemerhati kebijakan publik di Padang Lawas menyatakan, “Jika di awal saja tak ada kerja nyata, bagaimana rakyat bisa percaya pada sisa masa jabatan? Kritik serupa mulai mengemuka di tengah masyarakat, menjadi bahan perbincangan di warung-warung kopi.
Tujuh Janji Emas yang Masih Mengambang
Pasangan PMA-AFN dahulu menawarkan Tujuh Janji Emas sebagai program prioritas:
1. RSUD bertaraf nasional
2. Sekolah unggulan dan kesejahteraan guru
3. Percepatan infrastruktur
4. Pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja
5. Peningkatan pelayanan publik
6. Pengembangan BUMD
7. Pembangunan rumah adat dan pariwisata daerah
Namun, hingga hari ke-100, tidak ada realisasi konkret yang terlihat. Masyarakat mulai mempertanyakan, apakah janji-janji ini hanya retorika kampanye belaka?
Sebagai representasi suara masyarakat, Koar Padang Lawas mendorong PMA-AFN untuk segera:
1. Mempercepat konsolidasi internal, termasuk mengisi jabatan strategis yang masih kosong.
2. Transparansi progres program, dengan menjelaskan apa yang sudah dan akan dilakukan.
3. Turun langsung ke masyarakat, mendengarkan keluhan rakyat, bukan hanya elite politik.
4. Evaluasi tim kerja, karena keberhasilan pemimpin ditentukan oleh kualitas orang-orang di sekitarnya.
“Kekuasaan bukan panggung pencitraan, melainkan amanah yang harus dijawab dengan kerja nyata,” tegas Pardomuan Daulay.
Masyarakat masih memberi kesempatan, tetapi waktu tidak banyak. Sejarah tidak akan mencatat bagaimana seorang pemimpin memulai, tetapi bagaimana ia mengakhiri dengan perubahan yang berarti.***
Baca Juga :
Wali Kota Gunungsitoli Hadiri Dialog dengan Indosat