oleh

Anjelika Kembali Melihat Dunia: Cahaya Harapan dari Operasi Katarak Gratis PTAR

-Daerah-208 views

Anjelika Kembali Melihat Dunia: Cahaya Harapan dari Operasi Katarak Gratis PTAR

TAPSEL.Mitanews.co.id ||


Suara langkah tergesa dan panggilan nama-nama pasien bersahut-sahutan di lorong RSUD Sipirok, Jumat pagi (24/10/2025). Di ruang tunggu yang penuh semangat dan harapan itu, puluhan warga dari anak muda hingga lanjut usia duduk berjejer menanti giliran.

Sebagian menatap samar, sebagian lain hanya menebak arah suara. Namun di balik pandangan yang kabur, tersimpan harapan akan hadirnya kembali cahaya kehidupan.

Itulah suasana operasi katarak gratis yang digelar PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, melalui program sosial bertajuk “Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia.”

Program ini berlangsung sejak Jumat (24/10) hingga Minggu (26/10/2025), menjadi bagian dari perjalanan panjang kemanusiaan yang telah dimulai PTAR sejak tahun 2011. Hingga kini, lebih dari 12 ribu mata di Sumatera Utara telah kembali terang berkat kegiatan ini.

Tahun ini, PTAR menargetkan 1.400 operasi tambahan, dan jika tercapai, maka sudah 13.573 orang kembali bisa menatap dunia dengan mata yang terang.

Cahaya untuk Anjelika

Di antara deretan pasien itu, ada seorang remaja bernama Maria Anjelika Aritonang (17), warga Desa Simarpinggan, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah. Kisahnya menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.

Empat tahun lalu, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, sebuah insiden kecil mengubah hidupnya. Sebuah pensil yang dilempar temannya mengenai matanya. Tak ada darah, tak ada luka besar, tapi sejak hari itu pandangannya perlahan memudar.

“Kadang pandangan tiba-tiba kabur dan pusing. Saya pikir biasa saja, tapi makin lama makin gelap,” tutur Anjelika lirih, ditemani ibunya, Mely Sinaga (42), yang selama ini tak pernah lelah mendampinginya berobat ke sana-sini.

Ayahnya hanya seorang buruh tani, dan keterbatasan ekonomi membuat keluarga kecil ini nyaris putus asa. Hingga kabar tentang operasi katarak gratis dari Tambang Emas Martabe sampai ke telinga mereka.

Mereka datang ke RSUD Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, dengan harapan tipis tapi doa yang besar. Setelah menjalani operasi tahap pertama, cahaya mulai kembali menghampiri mata Anjelika. Tim dokter menyebut hasilnya sangat baik dan merekomendasikan operasi lanjutan di RSUD Sipirok.

Namun, jarak antara Pandan dan Sipirok bukanlah hal ringan bagi keluarga sederhana itu. Biaya transportasi menjadi tantangan besar.

Di tengah kebingungan itu, Rahmat Lubis, General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, menunjukkan kepedulian luar biasa.

Dengan inisiatif pribadi, ia menanggung seluruh biaya transportasi Anjelika dan ibunya agar mereka bisa melanjutkan operasi.

“Bantuan itu sangat berarti bagi kami. Kami benar-benar bersyukur atas kebaikan Bapak Rahmat dan PTAR. Kalau tidak, mungkin kami tak akan sanggup datang ke sini,” ucap Mely Sinaga, matanya berkaca-kaca.

Operasi lanjutan di RSUD Sipirok pun berjalan lancar. Anjelika kini mulai menatap terang dunia seperti sediakala.

“Kesembuhan Anjelika ini adalah mukjizat Tuhan,” tutur dr. Syarifuddin, Direktur RS Mata Mencirim 77 Medan, yang menjadi mitra pelaksana kegiatan tersebut.

Lebih dari Sekadar CSR

Bagi PT Agincourt Resources, program ini bukan hanya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), melainkan sudah menjadi bagian dari DNA kemanusiaan perusahaan.

“Sejak 2011, ribuan orang telah kembali menatap dunia. Bukan hanya mata yang sembuh, tapi juga semangat hidup yang kembali menyala,” ungkap Rahmat Lubis penuh haru.

Ia bercerita, tak jarang dirinya menyaksikan momen-momen haru di ruang operasi.
“Ada yang tersenyum lebar, ada yang menangis bahagia karena bisa melihat wajah anak atau cucunya lagi setelah sekian lama,” tuturnya.

Didampingi Christine Pepah, Senior Manager Community PTAR, Rahmat menegaskan bahwa program ini akan terus dilanjutkan dan diperluas.

“Tahun ini kegiatan serupa sudah dilaksanakan di RS Bhayangkara Batangtoru dan RSUD Pandan. Kini di RSUD Sipirok, lalu berlanjut ke RS Mata Siantar (21–23 November), dan ditutup di RS Mata Mencirim 77 Medan (29–30 November),” jelasnya.

Lebih dari Sekadar Operasi

Setiap mata yang kembali melihat bukan hanya kisah medis, tapi juga kisah kemanusiaan. Di balik setiap perban yang dibuka, ada kehidupan yang berubah.

Di ruang pemulihan, seorang nenek asal Mandailing Natal tersenyum lebar ketika perbannya dilepas.

“Akhirnya, saya bisa lihat wajah cucu saya lagi,” ucapnya pelan, menahan tangis bahagia.

Di situlah makna sejati dari program “Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia.” Sebuah upaya bukan hanya untuk memulihkan penglihatan, tapi juga membangkitkan harapan dan memulihkan martabat manusia. (Anwar)***

Baca Juga :
Warga Simanindo Harapkan Pembangunan Jalan Nasional di Samosir Tak Molor

News Feed