oleh

Dikky Anugerah dan Pidato yang Menggetarkan: Momen Heroik Pelantikan Kakwardasu

-Daerah-245 views

Dikky Anugerah dan Pidato yang Menggetarkan: Momen Heroik Pelantikan Kakwardasu

MEDAN.Mitanews.co.id ||


Siang itu di Kantor Gubernur Sumatera Utara, suasana hening sejenak berubah menjadi gelombang energi ketika Dr Dikky Anugerah SSos MSi menyampaikan pidato perdananya sebagai Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sumatera Utara periode 2025–2030.

Beberapa menit setelah Dikky berdiri di podium, Sabtu (22/11/25) suasana berubah menjadi ruang dengan napas baru—lebih hidup, lebih panas, lebih heroik.

Dihadapan Gubsu Bobby Nasution selaku Ketua Mabidasu yang baru melantiknya, Ketua Kwarnas dan ratusan pemangku amanah kepramukaan, Dikky membuka pidatonya dengan nada tegas tetapi penuh keteduhan moral.

Kepala Bappelitbang Sumut ini berbicara tentang Pramuka bukan sekadar organisasi, tetapi “kekuatan yang membimbing, bukan menghakimi; yang mempersatukan, bukan memecah; yang menumbuhkan harapan, bukan menebarkan ketakutan.”

Kalimat itu menghentak hadirin.

Ruang pelantikan yang penuh tokoh Pramuka, pejabat daerah, dan perwakilan organisasi kepemudaan seolah menahan napas. Dan di barisan depan, Bobby Nasution terlihat beberapa kali mengangguk pelan—bukan sopan santun belaka, tetapi seperti sedang menyerap satu per satu pesan yang disampaikan.

Dikky melanjutkan: “Kita ingin membangun generasi yang tangguh menghadapi badai, santun dalam bertutur, tegas dalam prinsip, rendah hati dalam sikap, dan selalu menjunjung persaudaraan tanpa batas suku, agama, dan latar belakang.”

Nada suaranya menggelegar, tetapi tidak marah. Tegas, tetapi penuh empati. Kata-katanya seperti menari di atas ruang rapat, menjangkau satu per satu hati orang-orang yang hadir.

Ia mengibarkan sebuah gagasan besar: Pramuka Sumut sebagai “kekuatan peradaban”, sebuah istilah yang jarang diucapkan dalam forum resmi, tetapi hari itu ia ucapkan dengan keyakinan tanpa ragu.

*“Ini yang Kita Butuhkan”*

Beberapa kali Bobby tampak menggerakkan kepala; bukan hanya mengiyakan, tetapi merespons pesan yang relevan dengan masa depan Sumut. Ketika Dikky menegaskan bahwa “Pramuka Sumatera Utara siap menjadi mitra strategis pembangunan”, Bobby kembali menatapnya lekat, seolah menemukan gema dari visi yang ia perjuangkan.

Di ujung pidato yang semakin heroik, Dikky menutup dengan kalimat yang membuat beberapa peserta tampak terharu.

“Generasi terbaik itu bukan kita wariskan begitu saja. Ia harus kita lahirkan bersama. Dan jika kita bersatu, Pramuka Sumatera Utara tidak hanya bangkit… tetapi melesat!”

Tepuk tangan pecah—bukan seremonial, tetapi tulus, panjang, dan terasa dalam.

Gubernur Menanggapi: Sebuah Pengakuan Terbuka

Setelah Dicky kembali ke kursinya, Bobby ketika memberikan bimbingan dan arahan langsung merespon pidato Dikky sebagai bentuk dukungan langsung.

Bobby menyebut pidato itu “segar, menggerakkan, dan relevan dengan masa depan Sumatera Utara.”

Ia menambahkan: “Saya mendengar dengan serius, karena apa yang disampaikan tadi bukan hanya semangat Pramuka, tetapi semangat pembangunan Sumut. Kita butuh pemimpin muda dengan narasi kuat seperti ini.”

Beberapa hadirin mencatat momen itu sebagai penegasan bahwa Gubernur melihat Pramuka bukan sekadar organisasi pembinaan pemuda, tetapi mitra strategis yang bisa memperkuat nilai persatuan di tengah keberagaman Sumatera Utara.

*Ketika Kata-Kata Menjadi Energi Kolektif*

Di luar isi pidatonya, yang membuat momen itu begitu heroik adalah cara Dikky menyampaikan.

Dikky berbicara dengan tubuh yang mantap, tidak kaku. Matanya menatap lurus, sesekali menyapu seluruh ruangan. Dia membaca suasana.

Intonasinya naik turun seperti orkestra, menciptakan gradasi emosi yang membuat ruangan terhubung.

Seorang pembina Pramuka yang telah 40 tahun mengabdi bahkan berkata lirih, “Sudah lama saya tidak mendengar pidato Pramuka yang setajam dan sehangat itu.”

Seorang anggota muda Pramuka lainnya menambahkan, “Rasanya seperti dia bicara langsung ke hati anak-anak muda.”

Heroiknya terletak pada bagaimana pidato itu bukan sekadar kalimat-kalimat indah, tetapi sebuah ajakan moral, sebuah pernyataan bahwa generasi hari ini tidak boleh menyerah pada fragmentasi sosial dan kebisingan digital.

Pelantikan hari itu terasa bukan sekadar serah terima jabatan.
Ia seperti penanda babak baru:
Bahwa Pramuka Sumut sedang memasuki fase kepemimpinan yang memadukan idealisme, keberanian, dan arah yang jelas.

Dikky Anugerah memulai langkahnya sebagai Ketua Kwarda dengan satu senjata paling sederhana namun paling berpengaruh: kata-kata. Dan sore itu, kata-kata itu mampu menyalakan hati banyak orang—termasuk seorang gubernur.

Dan dari momen itu, pesan yang tersisa adalah:
Gerakan Pramuka Sumatera Utara punya peluang melesat jauh, dan hari itu, momentum pertamanya telah lahir.(MN.01)***

Baca Juga :
Fun Run dan Senam Powerfit Meriahkan Peringatan Hari Ibu di Ingah Seafood Pantai Cermin

News Feed