oleh

Dua Jempol untuk Tengku Chairuniza : Menjaga Warisan Kolaborasi Medan Berkah”, Merawat Semangat “Medan untuk Semua”

-Daerah-279 views

Dua Jempol untuk Tengku Chairuniza : Menjaga Warisan Kolaborasi Medan Berkah”, Merawat Semangat “Medan untuk Semua”

Oleh Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
Menyimak ajakan Kadispora Medan Tengku Chairuniza, S.Sos, M.AP—yang juga mantan Camat Medan Sunggal—terdengar sederhana namun mengandung makna yang kuat: “Mari kita jaga bersama-sama fasilitas umum yang telah direvitalisasi oleh Pemko Medan”.

Ia bukan sekadar mengajak sebagai pejabat, tetapi berbicara sebagai saksi langsung perubahan Stadion Kebun Bunga menjadi Urban Community Park, sekaligus pelanjut semangat pembangunan kota yang berkesinambungan.

Urban Community Park Kebun Bunga, yang kini menjadi ikon baru ruang publik Kota Medan, merupakan wujud nyata dari keberhasilan konsep Kolaborasi Medan Berkah yang digagas Wali Kota Medan sebelumnya, Bobby Nasution. Kolaborasi yang dimaksud bukan hanya antara pemerintah dan swasta, melainkan juga menyatukan energi warga, komunitas, dan birokrasi untuk membangun kota yang lebih ramah, hijau, dan berdaya saing.

Tengku Chairuniza, sebagai bagian dari struktur birokrasi yang konsisten sejak era Bobby hingga kini di bawah kepemimpinan Rico Waas, tidak sekadar menjalankan fungsi administratif. Ia menghadirkan wajah kepemimpinan yang progresif dan kolaboratif, yang tidak terjebak pada ego sektoral atau sekadar rutinitas jabatan. Ia menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan hanya akan bermakna bila dijaga dan dirawat oleh semua.

Pernyataannya yang mengajak masyarakat untuk menjaga fasilitas publik bukanlah basa-basi birokrasi, tetapi bentuk komitmen moral dan edukatif terhadap makna pembangunan itu sendiri. Fasilitas umum yang modern, estetis dan fungsional seperti Urban Community Park bukan sekadar tempat olahraga, tapi simbol kemajuan dan kebersamaan.

Dan kini, di era Wali Kota Rico Waas, konsep Medan untuk Semua menjadi lanjutan yang visioner dari semangat kolaboratif sebelumnya. Jika pada masa Bobby Nasution pembangunan diletakkan pada fondasi sinergi lintas pihak, maka Rico Waas memperluas cakupannya dengan spirit inklusif: seluruh warga Medan tanpa kecuali harus merasa memiliki dan menikmati hasil pembangunan.

Di sinilah peran pejabat seperti Tengku Chairuniza menjadi sangat strategis. Ia menjembatani kesinambungan antara warisan pembangunan dan kesadaran kolektif masyarakat. Ia mengubah pola pikir bahwa fasilitas publik bukan milik pemerintah, tapi milik bersama. Sikap seperti ini tidak hanya membangun kepercayaan publik, tapi juga memperkuat narasi bahwa pemerintah kota bekerja bukan untuk kelompok tertentu, melainkan untuk semua.

Dalam konteks ini, kita melihat sinergi antara dua era kepemimpinan: Medan Berkah dan Medan untuk Semua, yang bukan untuk dibandingkan, melainkan untuk disambung dan dilanjutkan. Bahwa mimpi besar tentang kota yang nyaman, modern, dan manusiawi tidak akan terwujud jika hanya menjadi proyek fisik tanpa kesadaran sosial yang tumbuh di tengah masyarakat.

Medan tidak dibangun oleh seorang wali kota atau satu dinas semata, tapi oleh semangat kolektif yang dihidupkan oleh banyak tangan—termasuk tangan masyarakat yang tidak merusak, tetapi merawat; tangan birokrat yang tidak hanya bekerja, tetapi menginspirasi.

Dan dalam semangat itu, Urban Community Park Kebun Bunga bukan hanya taman, tetapi penanda zaman bahwa Kota Medan sedang bergerak maju dengan semangat kolaborasi dan keterbukaan yang menyentuh semua.(penulis bersertifikat wartawan utama dewan pers)***

Baca Juga :
DPRD Mendesak Pemkab Asahan Tindak Tegas Bangunan Liar Yang Tidak Memiliki Izin