oleh

“Senja Kembali ke Rimba”: Drama Haru Sang Ratu yang Pulang setelah Terluka oleh Peradaban

-Daerah-403 views

“Senja Kembali ke Rimba”: Drama Haru Sang Ratu yang Pulang setelah Terluka oleh Peradaban

Catatan Zulfikar Tanjung

Mitanews.co.id ||
Langit saat itu diselimuti kabut tipis. Pepohonan tua di jantung Taman Nasional Gunung Leuser seperti menahan napas, menanti satu jiwa agung yang akan kembali.

Helikopter membelah awan, menggantungkan sebuah kandang di perut besi tuanya. Di dalamnya, seekor harimau betina—diberi nama Senja—diam. Matanya tajam, namun sorotnya menyimpan luka yang tidak kasat.

Dialah Panthera tigris sumatrae, sang ratu yang terusir dari singgasananya bukan oleh rival atau bencana, tetapi oleh gesekan kejam antara manusia dan alam.

Di Besitang, Langkat, Juni tahun lalu, Senja terperangkap dalam kisruh peradaban. Ladang-ladang digelar, hutan diringkus. Rimba menyusut, dan Senja kehilangan arah. Ia bukan mengancam—ia hanya lapar, bingung, terusir.

Namun, takdirnya belum rampung. Ia tidak mati. Ia direngkuh oleh tangan-tangan penuh harap, dibawa ke Sanctuary Harimau Sumatra Barumun. Sebelas bulan lamanya, luka di tubuh dan jiwanya dirawat.

Hari demi hari, nalurinya diasah kembali, hingga pada satu titik, para penjaga rimba sepakat: Senja telah siap pulang.

Dan pagi itu, tanggal 21 Mei 2025, Senja benar-benar terbang, bukan seperti mimpi hewan yang tertidur di sangkar, tapi seperti takdir agung yang akhirnya ditunaikan.

Ia diangkat dari bumi manusia oleh helikopter milik PT Agincourt Resources, perusahaan tambang emas Martabe Batangtoru Tapsel yang dalam diam turut menanamkan komitmen pada kelestarian. Helikopter itu bukan sekadar mesin logam; pagi itu, ia menjadi sayap pengembalian martabat.

Metode longline membuat Senja seperti melayang di antara langit dan bumi. Dari bawah, para petugas, aktivis konservasi, dan pihak pemerintah menengadah, mata mereka menitik, dada mereka hangat. Sebab ini bukan sekadar translokasi hewan liar. Ini adalah penebusan. Ini adalah puisi yang ditulis alam untuk manusia yang masih ingin menebus dosanya.

"Kesuksesan ini adalah buah dari kerja sama, dari rasa hormat kita terhadap semesta," ujar Ruli Tanio, Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources. "Kami percaya, kehidupan yang seimbang hanya mungkin terwujud bila manusia dan alam saling merawat."

Di kawasan TNGL itu, jauh dari pemukiman dan hiruk-pikuk dunia, Senja diturunkan. Pintu kandang dibuka. Ia diam sejenak. Tanah hutan di bawah kakinya bukan asing, tetapi sudah terlalu lama tak disentuh. Hidungnya mengendus pelan. Sebuah angin tipis membawa aroma pohon tua, suara burung yang ia kenal sejak kecil, dan sunyi yang tak ada dalam dunia manusia.

Lalu ia melangkah. Pelan. Anggun. Sebuah tarikan napas panjang terdengar dari semua yang hadir. Seorang penjaga tua menggenggam dadanya sendiri. "Ia kembali," bisiknya, nyaris tak terdengar.

Sanny Tjan, Direktur Hubungan Eksternal PTAR, menambahkan, "Senja bukanlah yang pertama, dan semoga bukan yang terakhir. Kami telah mendukung pelepasliaran Bestie dan dua harimau lain sebelumnya. Tapi tiap kisah selalu berbeda. Tiap jiwa membawa cerita."

Dan benar, Senja membawa lebih dari sekadar loreng dan insting. Ia membawa harapan, bahwa di tengah dunia yang kian gaduh, masih ada waktu untuk pulang, untuk menyembuhkan, untuk berdamai. Di dalam dirinya, tersimpan pelajaran yang tak tertulis: bahwa tak ada raja dan ratu sejati yang pantas diasingkan dari singgasananya.

Hari itu, Senja bukan hanya dilepaskan. Ia dipulangkan. Dan rimba pun bersyukur.(Penulis bersertifikat wartawan utama dewan pers)***

Baca Juga :
Indosat Dukung Penuh HUT Kota Gunungsitoli

News Feed