Anggota SMSI Samosir Hotman Siagian dari Udara ke Darat Ikut Menjaga Hutan
SAMOSIR.Mitanews.co.id ||
Usianya telah melewati kepala enam. Keriput mulai mengukir wajahnya, namun sorot matanya tetap tajam, suaranya mantap saat berbicara tentang panggilan hidup: menjaga alam. Namanya Hotman Siagian seorang jurnalis juga anggota Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) yang selama ini dikenal sebagai penjaga komunikasi di kala bencana melanda. Tapi kini, ia punya peran baru, sebagai penjaga hutan dari ancaman api.
Oktober 2024 menjadi titik balik penting bagi pria kelahiran Pematang Siantar, 10 Juni 1964 ini. Ia memutuskan untuk meninggalkan rutinitasnya sejenak, mengikuti Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Manggala Agni 1 (Fire Crew 1) yang digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Dolok Sanggul.
Pelatihan itu bukan program biasa. Selama sembilan hari, Hotman dan puluhan peserta lain digembleng secara intensif. Mereka tidur di barak, bangun pagi buta, menyusuri semak, belajar menyemprotkan air dari pompa manual, memadamkan api secara langsung, hingga mengenali tanda-tanda awal kebakaran dari menara pantau.
Bagi sebagian orang, itu berat. Apalagi untuk usia seperti Hotman. Tapi baginya, ini bukan sekadar pelatihan. Ini adalah bentuk cinta. “Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?” ucapnya singkat, Selasa (22/4/2024).
Hotman lulus dengan total pelatihan 60 jam, mencakup pengetahuan dan keterampilan teknis pemadaman, pertolongan pertama, pemeliharaan sekat bakar dan tabat, hingga patroli lapangan. Sertifikat kelulusan itu ditandatangani langsung oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM KLHK, Dr. Ir. Krusdmayanti, M.Si. Sebuah pengakuan atas dedikasinya.
Namun, cerita Hotman tak hanya soal pelatihan. Ini tentang transformasi. Dari seorang relawan komunikasi, kini ia menjadi sosok yang bisa turun langsung ke titik api. “Saya ingin bantu lebih dari sekadar menyebar informasi. Saya ingin berada di tengah-tengah masyarakat, ikut bertindak,” ujarnya.
Dalam komunitas RAPI, Hotman dikenal sebagai suara yang tenang dalam situasi darurat. Ia mengatur lalu lintas komunikasi saat kebakaran melanda kawasan sekitar Danau Toba. Kini, dengan ilmu yang baru dimilikinya, ia bisa lebih dari itu: memandu, memperingatkan, bahkan memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Hotman menyadari, kebakaran hutan bukan hanya soal alam yang terbakar. Ia soal kehidupan yang hilang—flora, fauna, dan manusia yang terdampak. “Satu batang pohon besar yang terbakar, butuh puluhan tahun untuk tumbuh kembali. Tapi kalau kita bertindak cepat, itu bisa dicegah,” katanya.
Di tengah tantangan perubahan iklim dan musim kemarau panjang, peran masyarakat sipil seperti Hotman semakin vital. Tak semua hal bisa diselesaikan oleh petugas pemerintah. Kehadiran warga terlatih di lapangan menjadi kunci penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran.
Hotman pun kini menjadi narasumber lokal dalam berbagai pertemuan warga. Ia berbagi pengalaman pelatihan, menunjukkan cara membuat sekat bakar sederhana, hingga memperkenalkan radio komunikasi darurat sebagai alat penting mitigasi bencana.
“Kadang orang berpikir menjaga hutan itu urusan petugas. Tapi saya ingin tunjukkan, bahwa warga biasa pun bisa jadi bagian dari solusi,” tegasnya.
Semangat itu pula yang mendorong Hotman berencana membentuk tim kecil relawan Manggala Agni tingkat desa. Ia ingin merekrut anak-anak muda untuk peduli pada hutan, tak hanya lewat teori, tapi lewat aksi nyata di lapangan.
Kini, setiap kali Hotman menyalakan radionya, tak hanya suara bencana yang ia dengar. Ia juga mendengar suara harapan. Harapan bahwa semakin banyak warga seperti dirinya—yang bersuara, bergerak, dan menjaga hutan dengan sepenuh hati.
Baginya, menjadi Manggala Agni bukan soal seragam atau sertifikat. Tapi tentang tekad. Tekad untuk berdiri di antara manusia dan api, menjaga hutan tetap hijau, dan bumi tetap bernapas.
Hotman juga aktif di organisasi Serikat Media Siber Indonesi (SMSI) itu selalu aktif dalam menukilkan berita-berita dengan fakta akurat.(HS)***
Baca Juga :
Polres Samosir Laksanakan Tes Jasmani Berkala, 250 Personel Diuji Fisik